Selasa, Juli 1, 2025
BerandaReligiWisata Ziarah Makam Syekh Asnawi Caringin, Ulama Pejuang Kemerdekaan

Wisata Ziarah Makam Syekh Asnawi Caringin, Ulama Pejuang Kemerdekaan

Bantentv.com – Provinsi Banten tak hanya kaya akan wisata alam, sejarah dan warisan budaya, tetapi jadi tempat populer untuk para peziarah. Tempat-tempat ziarah ini biasanya ramai dikunjungi jelang Ramadan dan libur Idulfitri.

Banten adalah daerah yang memiliki tempat wisata ziarah yang cocok untuk dikunjungi para peziarah, yang terkenal dengan nilai-nilai ajaran Islam. Ini dibuktikan dengan banyaknya peninggalan sejarah Islam dan juga makam para wali.

Salah satunya adalah makam ulama karismatik KH Tubagus Muhammad Asnawi atau yang lebih dikenal dengan Syekh Asnawi Caringin.

Makam Syekh Asnawi Caringin ini tidak pernah sepi dari peziarah. Para peziarah biasanya bertambah ramai di bulan Rabiul Awal atau bulan-bulan menjelang Ramadan tiba. Ziarah ini sebagai upaya mengenang jejak perjuangan para ulama dalam menyebarkan ajaraan Islam

Mengenal Syekh Asnawi Caringin

Dilansir dari laman NU Banten, KH Tubagus Muhammad Asnawi adalah seorang ulama karismatik. Tak hanya dikenal sebagai ulama, penguasaan ilmu beladiri dan kegigihannya menentang penjajahan Belanda, Kiai Asnawi sohor dikenal sebagai pendekar yang memantik semangat perjuangan.

Syekh Asnawi bin Abdurrahman al-Bantani lebih dikenal dengan nama Syekh Asnawi Caringin karena lahir di Kampung Caringin, Labuan, Banten. Disebutkan juga jika Syekh Asnawi masih keturunan Sultan Agung dari Mataram atau keturunan Raden Patah.

Tak hanya terkenal dengan semangatnya mengajarkan Islam, semangat beliau juga menggebu-gebu dalam melawan penjajah. Makamnya berada di pinggir pantai, tepatnya di bagian barat Masjid Caringin yang menjadi situs bersejarah.

Syekh Asnawi Caringin lahir di Kampung Caringin, Labuan, Banten pada tahun 1850. Ia merupakan anak dari seorang keluarga yang kental Islamnya. Ayahnya bernama Syekh Abdurrahman bin Syekh Afifuddin, sedangkan ibunya, Ratu Sabi’ah (Rabiah). Sejak lahir, Syekh Asnawi memiliki nama Tubagus Muhammad Asnawi.

Lingkungan keluarga yang disiplin dalam agama, Sejak usia sembilan tahun, Kiai Asnawi sudah dikirim ayahnya untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Ketika mengembara ilmu agama di Mekkah, Kiai Asnawi berguru kepada Syekh Nawawi Al-Bantani.

Setelah bertahun-tahun menuntut ilmu agama di tanah suci, Kiai Asnawi pulang ke kampung halamannya pada tahun 1870. Sebagaimana tradisi keilmuan ulama pada umumnya. Ilmu yang sudah dipelajari patut diamalkan dan disebarkan. Kemudian Kiai Asnawi mendirikan pesantren di kampung Caringin Banten. Pesantren tersebut dikenal dengan metode pembelajaran ilmu fiqih, tasawuf, dan ilmu beladiri.

Saat fenomena meletusnya gunung Krakatau, Kiai Asnawi beserta keluarganya selamat dengan mengungsi ke kampung Muruy, Menes. Sayang seluruh pesantrennya di kampung Caringin hancur lebur terkena imbas letusan. Ketika kondisi sudah mereda, Kiai Asnawi kembali lagi ke kampung halaman.

Kiai Asnawi membangun ulang pesantrennya. Mendirikan masjid yang diberi nama masjid Agung Assalafi, atau menurut sumber lain Salafiah.  Arsitektur Masjid Salafiah jika dilihat memiliki campuran unsur dari lokal dan luar.

Kiayi Asnawi dan keluarganya juga pernah di penjara, karena dianggap memimpin pemberontakan di jaman kolonial Belanda.

Kecintaannya akan perjuangan terhadap ilmu agama melalui pesantren, penjara tidak membuatnnya jera. Dari dalam penjara, Kiai Asnawi meminta dua orang cucunya yang kakak beradik, yaitu KH Tubagus Muhammad Muslih dan KH Tubagus Ahmad Maemun untuk membangun dan meneruskan kembali pesantren Caringin.

Pada tahun 1930 berdirilah madrasah Masyarkul Anwar yang terletak di di depan Masjid Salafiah. Pada tahun 1931, KH Tubagus Muhammad Asnawi bebas dari penjara. Kemudian pada tahun 1937, ia wafat. Jenazahnya dikebumikan di Masjid Salafiah. Makamnya hingga sekarang tidak pernah sepi dari para peziarah.

TERKAIT