Kamis, Mei 22, 2025
BerandaRagamTrendingAlami Kelangkaan, Harga Pistachio Meroket! Dampak Tren Cokelat Dubai yang Mendunia

Alami Kelangkaan, Harga Pistachio Meroket! Dampak Tren Cokelat Dubai yang Mendunia

Bantentv.com – Siapa sangka? viralnya cokelat Dubai beberapa waktu lalu, membuat harga pistachio kini mengalami lonjakan harga. Hal itu dipicu karena ledakan permintaan pistachio yang tinggi sehingga menyebabkan kekacauan di pasar global.

Seperti dilansir dari Food Navigator, sebelum mengalami lonjakan, pistachio kupas dijual dengan harga $7,65 atau sekitar Rp129.001 per pound. Namun, setelah viralnya tren cokelat Dubai, kini pistachio naik menjadi $10,30 atau Rp173.199 per pound kurang dari setahun. Meskipun terlihat sederhana, fenomena ini berdampak besar terhadap pasar global yang akhirnya mendorong krisis global.

Pasalnya, viralnya cokelat Dubai di seluruh dunia dibarengi dengan berbagai toko dessert hingga restoran dari berbagai dunia yang berkreasi membuat cokelat Dubai versi mereka dengan mengadaptasi resep aslinya. Hal itulah yang mengakibatkan lonjakan harga pistachio, di mana permintaan yang tinggi namun berbanding terbalik dengan panen yang mengalami penurunan akibat cuaca ekstrem.

Salah satu negara produsen utama penghasil pistachio adalah Amerika Serikat, yang turut mengalami kelangkaan pistachio akibat anjloknya harga pistachio hingga 26 persen.

Diketahui sebelumnya, cokelat Dubai merupakan cokelat batangan dengan isian yang menggabungkan antara pistachio dengan knafeh. Cokelat ini pertama kali dibuat oleh Fix Dessert Chocolatier di Dubai dan pertama kali dipopulerkan oleh seorang konten kreator melalui media sosial TikTok yang kemudian viral di seluruh dunia.

Banyak orang ingin merasakan rasa cokelat ini meskipun harganya cukup mahal, karena dibuat sangat eksklusif dan sangat sulit untuk mendapatkannya. Dari situlah, muncul ide dari toko dessert dan restoran di berbagai dunia untuk menciptakan cokelat Dubai versinya masing-masing dengan harga yang bervariatif agar semua kalangan dapat menikmatinya.

Editor: Lilik HN

TERKAIT