Sabtu, Juni 21, 2025
BerandaGaya HidupKesehatanWaspada Komplikasi Jamur Pasca-TB: Diagnosis Sulit, Obat Mahal, dan Gejala yang Sering...

Waspada Komplikasi Jamur Pasca-TB: Diagnosis Sulit, Obat Mahal, dan Gejala yang Sering Diabaikan

Bantentv.com – Tuberkulosis (TB) menjadi perhatian serius pemerintah pusat hingga daerah. Hal itu sejalan dengan instruksi dari PBB perihal upaya memberantas kasus TB dimana TB merupakan salah satu penyakit yang menyerang paru.

Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki target di bidang kesehatan untuk mengakhiri epidemi tuberkulosis (TB) pada 2030. Sementara di pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, salah satu program Quick Win juga memberantas tuberkulosis (TB) dengan menganggarkan Rp8 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Diketahui Kementerian Kesehatan Deteksi 889 Ribu Kasus Tuberkulosis hingga Awal Maret 2025. Lebih dari 889 ribu kasus tuberkulosis atau TB telah terdeteksi sejak tahun lalu hingga Maret 2025 tersebut. Namun tak hanya upaya mengobati TB saja yang perlu diperhatikan. Perhatian terhadap pasca-pengobatan TB pun juga perlu digencarkan.

Dalam rangkuman yang ditulis oleh Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Sari Asih Serang, dr. Yandi, SpP dijelaskan infeksi jamur pada paru (mikosis paru) kerap menjadi “silent killer” pasca-penyembuhan tuberkulosis (TB).

Data Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan, 13% penyintas TB berisiko mengalami infeksi jamur di paru akibat jaringan paru bekas TB yang menjadi media tumbuh jamur.

Data mengenai infeksi mikosis paru di Indonesia masih terbatas akibat berbagai kendala diagnostik dan surveilans. Penelitian Anna Rozaliani et al di Banten pada tahun 2023 menemukan kasus mikosis pasca-TB lebih tinggi di daerah dengan kelembapan tinggi, seperti Banten, di mana 1 dari 5 pasien TB berkembang menjadi infeksi jamur.

Sejumlah rumah sakit di Jakarta menemukan bahwa 14,5% pasien HIV/AIDS (8 dari 55 kasus) menderita pneumonia akibat Pneumocystis. Sementara itu, pada pasien di unit perawatan intensif (ICU), 7,7% (31 dari 405 pasien) terdiagnosis aspergilosis paru invasif. Penelitian di Rumah Sakit Persahabatan, pusat rujukan respirasi nasional, mengungkapkan bahwa 68,9% pasien tuberkulosis paru resisten obat (42 dari 61 pasien) mengalami kolonisasi jamur. Selain itu, pada penderita asma persisten, kolonisasi jamur ditemukan pada 44,5% kasus. Temuan ini menunjukkan bahwa infeksi dan kolonisasi jamur pada saluran pernapasan merupakan masalah klinis yang signifikan, terutama pada kelompok rentan seperti pasien imunokompromais, penyakit paru kronis, dan gangguan pernapasan lainnya. Namun, keterbatasan data nasional menyoroti perlunya penguatan sistem surveilans dan diagnostik mikosis paru di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya di Indonesia, diagnosis dan tata laksana mikosis paru di atas belum sepenuhnya berjalan baik. Kewaspadaan dokter masih  perlu   ditingkatkan, fasilitas  pemeriksaan  masih  terbatas  di  kota-kota tertentu,  layanan    diagnostik    belum    terintegrasi sehingga  tata  laksana juga belum optimal.

Gejala seperti batuk darah berkepanjangan pasca-TB sering dianggap sebagai kekambuhan (tuberkulosis) TB, padahal bisa jadi itu tanda infeksi jamur yang mematikan. Pasien TB yang sudah dinyatakan sembuh tetapi masih batuk darah selama lebih dari 4 minggu harus segera dirujuk untuk evaluasi jamur.

Selain batuk darah yang tak kunjung reda pasca-TB, gejala berikut patut diwaspadai adalah sesak napas progresif meski TB dinyatakan sembuh, demam naik-turun tanpa penyebab jelas, dan nyeri dada saat menarik napas dalam.

CT scan paru memegang peran vital dalam mendeteksi mikosis pasca-Tuberkulosis. Tanda seperti halo sign (lingkaran putih mengelilingi nodul) atau crescent sign (bayangan bulan sabit) pada CT scan sangat khas untuk aspergilosis. Namun, interpretasi hasil scan tidaklah mudah. Pola tersebut sering tumpang tindih dengan gejala TB aktif atau kanker paru.

Kolaborasi antara radiolog, dokter paru, dan patolog klinik menjadi kunci untuk diagnosis akurat. Sayangnya, akses CT scan masih terbatas di daerah pedesaan. Selain itu, biaya pemeriksaan penunjang seperti tes Galaktomanan (deteksi aspergilosis) dan β-1,3-glukan (penanda infeksi jamur sistemik) masih mahal, sehingga banyak pasien hanya didiagnosis secara klinis tanpa konfirmasi laboratorium.

Baca Juga: Hukum Mengisap Rokok Elektrik saat Puasa dan Efeknya Bagi Kesehatan Tubuh

Pengobatan mikosis paru tidak hanya panjang (6 minggu–1 tahun), tetapi juga mahal. Setiap jenis jamur punya obat yang berbeda. Aspergilosis biasanya diobati dengan obat bernama vorikonazol yang harus diminum selama 6 hingga 12 minggu.

Harganya bisa mencapai Rp15-20 juta per bulan. Jika terlalu mahal, alternatifnya adalah itrakonazol yang lebih murah (sekitar Rp3-5 juta per bulan). Obat ini bisa menyebabkan efek samping seperti gangguan penglihatan atau ruam kulit.

Untuk mukormikosis, pengobatannya lebih agresif, menggunakan suntikan Amphotericin B liposomal yang harganya sekitar Rp30 juta per kali suntik, dan pasien bisa butuh hingga 14-28 suntikan. Obat ini juga berisiko menyebabkan kerusakan ginjal dan demam tinggi, sehingga kadang perlu operasi untuk membersihkan jaringan terinfeksi.

Sementara itu, kriptokokosis butuh pengobatan bertahap, mulai dari kombinasi dua obat kuat selama dua minggu, lalu dilanjutkan flukonazol hingga berbulan-bulan. Sayangnya, pengobatan ini sulit dijalankan di lapangan. Banyak puskesmas tidak punya stok obat, atau obatnya sangat mahal bahkan untuk versi generiknya. Banyak pasien terpaksa menghentikan pengobatan karena tidak mampu membayar. Di samping itu, efek samping yang cukup berat membuat sebagian pasien tidak patuh minum obat.

Pencegahan merupakan kunci utama yang sering terlupakan pada kasus mikosis paru. Pasien Tuberkulosis disarankan kontrol rutin 6 bulan pasca-sembuh untuk deteksi dini infeksi jamur. Hindari paparan debu, kotoran hewan, atau ruangan lembap tanpa masker N95. Penderita diabetes/HIV wajib menjaga kadar gula darah dan kepatuhan ARV untuk mengurangi risiko.

Baca Juga: Jangan Abaikan! Ini Penyakit yang Sering Menyerang Pekerja Kantoran

PDPI merekomendasikan pembentukan tim khusus mikosis paru di rumah sakit rujukan, terdiri dari dokter paru, radiolog, mikrobiolog, dan patolog. Diskusi kasus rutin antarspesialis bisa mempercepat diagnosis dan terapi. Dengan meningkatnya kasus mikosis pasca-TB, edukasi kepada tenaga medis dan masyarakat harus menjadi prioritas.

Jika batuk darah tak kunjung sembuh setelah Tuberkulosis (TB), jangan ragu meminta pemeriksaan jamur deteksi dini bisa menyelamatkan nyawa.

Lilik HN

TERKAIT