Rabu, Juni 18, 2025
BerandaBeritaPemeriksaan Suporter Persikas Dipertanyakan: Ekspresi Aspirasi Bukan Kriminalitas

Pemeriksaan Suporter Persikas Dipertanyakan: Ekspresi Aspirasi Bukan Kriminalitas

Bantentv.com – Pemeriksaan terhadap 21 suporter Persikas Subang usai membentangkan spanduk “Selamatkan Persikas” dalam acara Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menuai tanda tanya.

Banyak pihak menilai bahwa tindakan aparat mengamankan para suporter hingga dini hari merupakan langkah yang berlebihan terhadap aksi yang sejatinya bersifat damai.

Aksi suporter terjadi di acara “Nganjang Ka Warga” yang digelar di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem. Dalam suasana penuh empati, sekelompok suporter mengangkat spanduk sebagai bentuk kegelisahan terhadap kondisi klub lokal, Persikas.

Menurut salah satu suporter yang enggan disebutkan namanya, aksi itu muncul sebagai upaya terakhir untuk didengar.

“Banner itu dari awal acara sudah ada, tapi tidak dilirik sama sekali. Pas mau closing, anak-anak maju supaya diperhatikan,” ujarnya, seperti dikutip Pasundan Ekspres.

Ia menambahkan bahwa keberanian untuk maju ke depan bahkan didorong oleh warga sekitar yang mendukung aspirasi mereka.

Namun, aksi itu memicu kemarahan Gubernur Dedi Mulyadi. Dari atas panggung, ia membentak para suporter dan meminta agar spanduk diturunkan karena dianggap tidak sesuai konteks acara.

Respons emosional dari sang gubernur memicu aparat keamanan untuk langsung mengamankan para suporter.

“Anak-anak langsung dikelilingi TNI dan Polri, lalu dibawa ke Polsek sampai jam tiga pagi,” lanjutnya.

Padahal, aksi tersebut tak mengandung unsur kekerasan, kerusakan, atau ancaman. Ini membuat banyak pihak mempertanyakan apakah tindakan aparat sudah sesuai dengan prinsip proporsionalitas dan perlindungan hak berekspresi yang dijamin undang-undang.

Kapolsek Ciasem, AKP Endang Kurnia, membenarkan adanya pemeriksaan. “Sebanyak 21 suporter kami mintai keterangan,” ujarnya, tanpa merinci adanya pelanggaran hukum yang dilakukan.

Momen ini menyebar cepat di media sosial dan memantik diskusi publik. Banyak yang menilai bahwa kemarahan pejabat tak semestinya menjadi pemicu tindakan represif terhadap warga yang hanya ingin menyampaikan keresahan.

Bagi sebagian kalangan, pemeriksaan suporter Persikas ini memperlihatkan kesenjangan antara ruang ekspresi warga dengan sensitivitas kekuasaan.

Klarifikasi Dedi Mulyadi

Dalam klarifikasinya, Dedi Mulyadi menyebut dirinya sedang larut dalam dialog dengan seorang ibu yang hidup dalam kondisi sulit, dan merasa aksi tersebut mengganggu momen tersebut.

“Saya malam itu marah karena ada sekelompok orang yang tidak memiliki adab dalam hidupnya. Disaat air mata jatuh karena rasa empati pada derita seorang ibu yang memiliki 4 anak dan membiayai mereka hanya dengan memungut botol bekas, tapi anak-anaknya tumbuh dengan baik,” ungkapnya.

Dedi juga menyadari tindakan tegasnya malam itu bisa berujung pada penilaian negatif terhadap dirinya. Ia bahkan memprediksi akan disebut sebagai pemimpin yang emosional.

Namun, ia menegaskan baginya, mendidik rakyat jauh lebih penting daripada sekadar menjaga citra atau elektabilitas.

Sumber: Pasundan Ekspres, 29 Mei 2025. Artikel ini telah diedit dan dikembangkan untuk kebutuhan redaksi.

TERKAIT