Di tengah gempuran pengaruh modernisasi, kesenian tradisional di Pandeglang masih tetap bertahan bahkan dilestarikan. Salah satunya kesenian tradisional kuda lumping. Kesenian yang sarat dengan pertunjukan mistis ini masih eksis di tengah masyarakat.
Kuda lumping Pandeglang merupakan salah satu pertunjukan seni tradisional yang berasal dari Kabupaten Pandeglang. Kuda lumping dari Pandeglang juga disebut kuda lumping Banten. Kesenian ini sarat dengan pertunjukan mistis karena dilangsungkan dengan ritual-ritual untuk membuat para pemain kuda lumping tidak sadarkan diri.
Seperti yang terlihat di Desa Tunggal Jaya, Kecamatan Sumur disini pertunjukan kuda lumping Pandeglang masih dapat dilihat, biasanya saat hajatan. Misalnya sunatan atau pernikahan. Keluarga yang menggelar hajatan mengundang perkumpulan kuda lumping untuk ikut bersuka-ria bersama masyarakat lainnya.
Secara sederhana, untuk membedakan kuda lumping dari daerah Jawa dengan kuda lumping Pandeglang yaitu dari bentuk kuda lumping. Kuda lumping dari Jawa Tengah dan Jawa Timur berbentuk pipih terbuat dari kulit hewan. Sedangkan kuda lumping Pandeglang berbentuk hewan kuda tiga dimensi terbuat dari bambu dan ditutup dengan injuk.
Kelompok kuda lumping biasanya merupakan kelompok kesenian pencak silat. Namun, memang tidak semua perkumpulan silat memiliki kelompok kuda lumping.
Pertunjukan kuda lumping Pandeglang satu paket dengan kesenian musik tradisional kuda lumping. Suara seruling kuda lumping Pandeglang sangat khas dengan lengkingan panjang. Pemain kuda lumping yang sudah mengangkat kudanya, biasanya dua orang dari satu kelompok akan diiringi oleh musik berkeliling kampung. Saat berangkat atau perjalanan itulah, para sesepuh akan memakai mantra-mantra agar para pemain kuda lumping kemasukan roh.
Para pemain yang sudah kemasukan roh tidak akan merasa capek meski harus diiring keliling kampung memanggul kuda lumping yang cukup berat. Saat keliling kampung itu, pemain kuda lumping terus diiringi musik dan warga yang memenuhi jalan-jalan. Pemain yang sudah kerasukan selalu dihindari karena tendangan dan terjangan selalu mereka lakukan tanpa mereka sadari. (rangga/red).