Rabu, Juni 18, 2025
BerandaKartini Masa Kini: Perempuan Perkasa yang Menginspirasi Lewat Aksi

Kartini Masa Kini: Perempuan Perkasa yang Menginspirasi Lewat Aksi

Bantentv.com – Setiap tanggal 21 April, kita memperingati Hari Kartini. Tapi apa arti Kartini di masa kini? Apakah masih soal kebaya dan sanggul, atau lebih dari itu?

Di tengah peringatan yang seringkali bersifat simbolik, seperti pawai anak-anak berkebaya, upacara sekolah, dan unggahan kutipan “Habis Gelap Terbitlah Terang”, namun ada satu hal yang sering terlupa.

Kartini sejatinya adalah simbol keberanian, perjuangan, dan aksi nyata. Ia menulis bukan untuk dikenal, tapi untuk membuka jalan bagi perempuan lain agar bisa berpikir, berbicara, dan bergerak bebas.

Kalau kita pernah berkunjung ke pasar tradisional di Banten saat subuh, pasti akan melihat banyak perempuan yang sudah mulai beraktivitas. Mereka bukan hanya berjualan, tapi juga menjadi tulang punggung keluarga.

Baca juga: R.A Kartini Sosok Inspiratif Pejuang Emansipasi Wanita di Indonesia

Di pesisir Anyer atau Labuan, ada perempuan mengolah hasil tangkapan sambil menjaga anak-anak. Ada juga seorang ibu yang terpaksa menjadi driver ojol demi menghidupi buah hatinya.

Belum lagi di pelosok-pelosok Banten, ada guru-guru perempuan yang tetap semangat mengajar walau harus menempuh jalan terjal dan jauh dari fasilitas modern.

Mereka semua mungkin tidak viral, tidak punya banyak pengikut media sosial, tapi dampaknya nyata bagi lingkungannya. Mereka adalah Kartini masa kini yang bekerja dalam diam, tapi berpengaruh dalam kehidupan.

Menjadi Kartini Tanpa Harus Sempurna

Tidak semua perempuan perkasa hidup dalam sorotan. Bahkan sering kali mereka justru dilupakan. Padahal, perjuangan mereka tak kalah penting.

Mereka harus melawan stigma, menghadapi komentar orang, atau bekerja dua kali lebih keras untuk bisa diakui.

Belum lagi tanggung jawab rumah tangga, tekanan sosial, atau bahkan keterbatasan akses dan Pendidikan.

Terutama di daerah-daerah pedesaan di Banten yang belum tersentuh pembangunan merata. Tapi mereka tetap berdiri. Tetap berjalan. Bahkan ketika dunia tidak selalu berpihak.

Kita sering berpikir bahwa menjadi “perempuan hebat” harus serba ideal: pintar, cantik, anggun, sukses. Tapi kenyataannya, tidak semua Kartini lahir dengan panggung atau pujian.

Banyak dari mereka yang tidak anggun menurut standar umum, tapi penuh semangat. Tidak sempurna, tapi terus melangkah. Dan itulah yang membuat mereka luar biasa.

Di Hari Kartini ini, mari kita belajar melihat lebih luas. Bahwa perjuangan perempuan tak selalu dibungkus dengan kata-kata manis. Terkadang justru dibungkus keringat, kerja keras, bahkan air mata yang tidak terlihat.

Kalau hari ini kita melihat seorang ibu pedagang keliling di Cilegon, perempuan tukang sayur di Rangkasbitung, atau guru ngaji di kampung-kampung, ucapkan “terima kasih”.

Karena mereka adalah bagian dari perjuangan itu sendiri. Kartini tidak selalu tampil anggun. Tapi mereka selalu kuat, dan itu lebih dari cukup.

TERKAIT