Bantentv.com – SETARA Institute kembali merilis laporan tahunan mengenai situasi kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) di Indonesia. Selama 18 tahun terakhir, lembaga ini konsisten memantau dinamika toleransi di berbagai kota lewat data, laporan masyarakat, serta pemberitaan media.
Pada tahun 2024, jumlah pelanggaran KBB mengalami peningkatan cukup mencolok dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat ada 260 peristiwa dengan 402 tindakan pelanggaran, naik dari 217 peristiwa dan 329 tindakan pada 2023. Dari jumlah tersebut, sebanyak 159 tindakan dilakukan oleh aktor negara, sedangkan 243 tindakan berasal dari kelompok non-negara.
Dalam indeks kota toleran yang dirilis, SETARA menilai berbagai variabel sistemik seperti kebijakan pemerintah kota, sikap aparatur, hubungan antarwarga, serta cara kota menghadapi keberagaman identitas sosial.
Baca juga: Pelajar Diharapkan Toleran Terhadap Perbedaan Politik
Kota dengan Skor Toleransi Tertinggi
Berikut ini adalah 10 kota yang dinilai paling toleran oleh SETARA Institute dalam Indeks Kota Toleran (IKT) 2024:
- Salatiga – 6,544
- Singkawang – 6,420
- Semarang – 6,356
- Magelang – 6,248
- Pematang Siantar – 6,115
- Sukabumi – 5,968
- Bekasi – 5,939
- Kediri – 5,925
- Manado – 5,912
- Kupang – 5,853
Kota-kota ini menunjukkan konsistensi dalam menjaga semangat inklusif dan keberagaman. Hal ini tak lepas dari peran tiga jenis kepemimpinan yang menonjol: sosial, politik, dan birokrasi, yang saling mendukung demi menciptakan ruang publik yang adil dan damai.
Kota dengan Skor Toleransi Terendah
Sementara itu, berikut adalah 10 kota yang mendapat nilai terendah dalam indeks toleransi versi SETARA:
- Parepare – 3,945
- Cilegon – 3,994
- Lhokseumawe – 4,140
- Banda Aceh – 4,202
- Pekanbaru – 4,320
- Bandar Lampung – 4,357
- Makassar – 4,363
- Ternate – 4,370
- Sabang – 4,377
- Pagar Alam – 4,381
Perlu dicatat bahwa rendahnya skor bukan selalu karena munculnya peristiwa intoleran. Dalam banyak kasus, hal ini justru disebabkan oleh minimnya upaya dan inovasi kota dalam mendorong semangat toleransi. Saat kota lain mulai berbenah, beberapa kota terlihat belum menunjukkan kemajuan signifikan.
Laporan ini kembali menjadi pengingat penting bahwa toleransi bukan hanya soal menghindari konflik, tapi juga soal menciptakan ruang hidup yang aman dan setara bagi semua. SETARA Institute melalui studi ini memberikan refleksi sekaligus dorongan agar kota-kota di Indonesia lebih aktif memajukan nilai-nilai kebinekaan.
Siti Anisatusshalihah