Rabu, Juni 18, 2025
BerandaBeritaPanen Raya Masyarakat Adat Kasepuhan Cisitu Masih Gunakan Ani-ani 

Panen Raya Masyarakat Adat Kasepuhan Cisitu Masih Gunakan Ani-ani 

Lebak, Bantentv.com Masyarakat Adat Kasepuhan Cisitu yang berada di Kampung Sukatani, Desa Situmulya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, kembali menggelar panen raya secara serentak.

Tradisi yang berlangsung secara turun-temurun ini tetap dijalankan dengan cara khas, yakni menggunakan alat tradisional bernama ani-ani untuk memetik padi satu per satu, atau yang mereka sebut dengan metode dietem.

Acara panen raya yang berlangsung di atas lahan seluas 2.500 hektare ini diawali dengan rangkaian kegiatan adat. Warga berkumpul untuk melakukan ritual tradisional, salah satunya dengan menumbukkan alu ke dalam lisung yang diiringi alunan musik khas Banten Kidul. Suasana pun terasa sakral dan penuh semangat gotong-royong.

Usai ritual adat, warga secara bersama-sama turun ke sawah dan mulai memanen padi. Padi-padi yang telah dipetik kemudian diikat dengan tali yang disebut pocongan, lalu dibawa ke tempat penjemuran yang dinamakan lantaian.

Setelah dijemur selama 15 hari, hasil panen raya itu kemudian disimpan ke dalam leuit, yaitu lumbung padi tradisional yang menjadi simbol ketahanan pangan masyarakat adat.

Baca juga : Tradisi Seren Taun Masyarakat Adat Kasepuhan Cisitu Diminta Terus Dilestarikan

Menurut Sutardi, salah satu warga Kasepuhan Cisitu, setiap keluarga di komunitas ini diwajibkan memiliki lumbung padi sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi masa paceklik.

“Masyarakat di sini minimal punya dua lumbung padi per kepala keluarga. Tujuannya untuk stok, khawatir ke depan akan gagal panen dan sebagainya,” ujarnya.

Abah Yoyo Yohenda selaku pimpinan Kasepuhan Adat Cisitu menambahkan bahwa panen raya ini tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya mendukung program Swasembada Pangan Nasional dari Presiden Prabowo Subianto.

Ia berharap pemerintah, baik daerah maupun pusat, dapat lebih memperhatikan kesejahteraan para petani adat.

“Tujuannya adalah bagaimana ke depannya pemerintah daerah maupun pusat memikirkan sarana dan prasarana pertanian mulai dari irigasi, penyediaan pupuk, termasuk penampungan hasil dari pertaniannya,” ungkap Abah Yoyo.

Tradisi panen raya ini tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga menjadi momentum penting untuk menegaskan kemandirian pangan lokal dan memperkuat posisi petani adat dalam sistem pertanian nasional.

Keberadaan leuit sebagai simbol ketahanan pangan pun menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat adat Kasepuhan Cisitu hidup selaras dengan alam dan tradisi.

Erina Faiha Qothrunnada

TERKAIT