Lebak, Bantentv.com – Pada pertengahan bulan suci Ramadhan di hari ke-15 kebiasaan/tradisi warga Banten khususnya mengadakan Qunutan dengan membuat ketupat dan lepet.
Seperti yang dilakukan warga di Kampung Cipasung Desa Sukarendah, Kecamatan Warunggunung Kabupaten lebak. Sudah menjadi tradisi masing-masing rumah di kampung tersebut membuat ketupat dan lepet.
Menurut Wati salah satu warga, Pembuatan kupat dan lepet biasa dilakukan satu hari sebelum 15 Ramadhan karena memakan waktu yang cukup lama. Setelah masak ketupat dan lepet tersebut dibwa ke masjid, dan dibagikan sebelum shalat Tarawih.
“Perebusan kupat dilakukan di atas tungku menggunakan kayu bakar, supaya semakin enak dan tahan lama,” katanya.
Wati menambahkan, ngupat merupakan salah satu tradisi Qunutan yang dilakukan warga secara turun-temurun.
“Ini sebagai bentuk rasa syukur setelah menjalani puasa Ramadan setengah bulan, sekaligus mempererat silaturahmi antar warga,” ujarnya.
Baca juga: Qunut dalam Shalat Tarawih: Doa yang Dianjurkan Separuh Akhir Ramadan
Asal-usul Tradisi Qunutan
Beberapa sumber menyebut bahwa tradisi Qunutan telah ada sejak zaman Kesultanan Demak pada tahun 1524, ketika pengaruh Islam mulai menyebar ke wilayah barat, termasuk Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten.
Dikisahkan bahwa Sunan Gunung Jati, dengan dukungan pasukan Demak, berhasil menguasai pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan di sana.
Sebagai bentuk perayaan dan untuk mendapatkan berkah di bulan suci, ketupat kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Di Banten tradisi Qunutan dengan membuat ketupat konon sudah ada sejak zaman kesultanan Banten sekitar 1651 Masehi.
Selain itu, tradisi ini merupakan bagian dari upaya kesultanan dalam memantau keadaan sosial masyarakat menjelang akhir bulan Ramadan.
Hingga kini, tradisi Qunutan masih lestari dan terus diwariskan sebagai bagian dari kekayaan budaya islam di Indonesia.
Editor: AF Setiawan
