Bantentv.com – Bobon Santoso, sosok yang terkenal dengan aksinya memasak di kuali besar dan membagikan makanan kepada masyarakat, melalui channel youtube miliknya, Bobon mengunggah video aksi memasak besar dan membagi-bagikan makanan seperti yang sudah sering dilakukannya. Bedanya, kali ini Bobon melakukan hal tersebut di Papua. Dalam unggahan tersebut, selain memberi daging, Bobon juga membagikan wafer dan susu kepada masyarakat.
Namun, tidak semua tanggapan terhadap aksi baik Bobon positif. Seorang dokter mengkritik aksinya dengan menyebut unggahan Bobon sebagai konten yang ‘menjijikkan’ karena dianggap hanya menempatkan dirinya sebagai pahlawan penyelamat dan masyarakat sebagai ‘figuran’. Dokter tersebut juga menyoroti pangan ultra-olah dan mempertanyakan nilai gizi dari makanan yang dibagikan oleh Bobon.
“Konten seperti ini menjijikkan. Pembingkaiannya menempatkan si penyumbang sebagai juru selamat, dan para penerima bantuan sebagai figuran/NPC. Pangan Ultra proses spt susu berperisa & wafer itu juga penganan kosong, tidak ada fungsi gizi. Malah berbahaya dikonsumsi berlebihan,” tulis akun dokter tersebut di balik akun X @RodriChen
Bobon Santoso memberikan respons atas kritik tersebut di Instagram. Ia menyatakan bahwa tujuan kehadirannya di Papua bukan untuk memperbaiki gizi, melainkan untuk berbagi kebahagiaan dan merangsang generasi muda untuk peduli terhadap sesama. Dia juga menekankan bahwa perbaikan gizi memerlukan waktu yang panjang dan tidak bisa instan.
“Tau lagi dihujat di twitter, X. Dicibir gw sih ga peduli, mau orangnya, mau hujatannya. Tapi izinkan gw respon sedikit. Apa yang gw lakuin memang ga bisa senangin semua orang, pasti ada yang ga suka,” ujar Bobon.
“Terkait snack yang kita hadirkan, mau itu wafer, susu kotak, mie instant, atau apapun itu. Jika sedikit sedikit harus memenuhi gizi dan diseleksi ketat. Kapan menikmatinya warga?,” tambah Bobon.
Menanggapi klaim bahwa masyarakat Papua dianggap sebagai ‘figuran’, Bobon merasa tersinggung dan menegaskan bahwa kehadiran dan kebahagiaan masyarakat Papua adalah hal yang penting baginya.
Dia juga menyanggah asumsi bahwa konten tersebut hanya untuk keuntungan bisnis, ia menjelaskan bahwa biaya produksi yang tinggi dan risiko keamanan yang ada di Papua membuatnya tidak mungkin dilakukan demi keuntungan semata.
Di akhir pernyataannya, Bobon menantang dokter tersebut untuk datang ke Papua dan membuktikan bahwa konten yang dianggap ‘menjijikkan’ tersebut sebenarnya memiliki nilai-nilai kebaikan. Dia bahkan menyatakan kesiapannya untuk membiayai kehadiran dokter tersebut di Papua.