Bantentv.com – Yunita Dina Frida yang baru menginjak 19 tahun ini menunjukkan ketangguhan dan kedewasaannya dengan berangkat haji seorang diri tanpa ditemani orang tuanya.
Yunita berangkat haji lantaran menggantikan ayahnya yang meninggal dunia pada 2021 lalu. Tetapi ia juga diminta oleh cucu dan anak tetangganya untuk menjaga nenek mereka selama ibadah haji berlangsung.
Dilansir dari laman resmi Kemenag RI, remaja 19 tahun ini berasal dari Desa Pagendisan, Kecamtan Winong, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Ia tergabung dalam rombongan 3 kelompok terbang (kloter) 51 Emberkasi Solo (SOC 51) yang terbang dari Emberkasi Donohudan, Boyolali pada 17 Mei 2025 kemarin.
“Seharusnya saya berangkat bersama mama pada 2022. Saat itu saya mengurus semua berkasnya meski masih baru berusia 17 tahun,” kata Yunita yang dikutip dari laman resmi Kemenag RI, pada Senin, 26 Mei 2025.
Yunit menyebut, pada saat itu usianya belum memenuhi persyaratan. Kemudian ia menunda keberangkatannya hingga tahun ini saat dirinya mendapatkan cuti kuliah.
“Dari pihak imigrasi menyatakan usia saya belum memenuhi persyaratan. Akhirnya saya menunda keberangkatan hingga tahun ini saat mendapat izin cuti kuliah,” ungkapnya.
Mahasiswi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (FISIP Undip) Semarang ini, mengatakan perasaan dirinya berangkat haji seorang diri di tahun ini merupakan hal yang tidak pernah terbayangkan olehnya.
“Perasaan saya benar-benar campur aduk. Antara sedih karena harus meninggalkan keluarga di momen sakral, cemas menghadapi perjalanan spiritual yang panjang, dan rasa sepi di tengah ribuah jemaah lain yang kebanyakan didampingi keluarga,” ujarnya.
Baca juga : Calon Jemaah Haji di Kota Serang, Termuda 19 Tahun dan Tertua 96 Tahun
Tak hanya fokus ibadah seorang diri, namun Yunita pun harus memikul tanggungjawab sosial yang tidak ringan, yakni dirinya diminta untuk merawat dan mendampingi seorang nenek lansia Punah Ngasidin (86 tahun) yang juga berasal dari desanya.
Dititipi oleh tetangganya tersebut, Yunita mengaku dirinya merasa terpanggil secara pribadi dan sosial untuk membantu nenek Punah yang juga berangkat haji seorang diri.
“Saya menganggap ini amanat. Selama di Tanah Suci saya memastikan kebutuhan beliau terpenuhi. Mendampingi saat sakit, membantu menjalankan ibadah, dan menjaga beliau dengan sebaik mungkin,” ujar Yunita.
Dalam menjalani ibadah sekaligus pendamping lansia, Yunita ingat betul pesan dari KH Sis Ali Ridlo, Ketua IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Pati, sehingga menjadi penguat batin bagi dirinya.
“Setiap membantu hamba Allah harus diniati ibadah. Sebab, amal baik satu yang dilupakan akan digandakan oleh Allah. Semoga Mbak Yunita diberi kesabaran yang berlipat,” ungkapnya menirukan pesan sang Ketua IPHI.
Perjalanan haji Yunita merupakan potret nyata tentang kekuatan, tanggung jawab, dan kepedulian sosial generasi muda. Ia tidak hanya menunaikan ibadah untuk diri sendiri, akan tetapi juga menjadi pelayan bagi sesama, menjadikan setiap langkah sebagai bentuk pengabdian kepada Allah dan kemanusiaan.