Rabu, Juli 16, 2025
BerandaBeritaMenilik Sentra Kerajinan Gerabah di Kabupaten Serang

Menilik Sentra Kerajinan Gerabah di Kabupaten Serang

Serang, Bantentv.com – Kampung Kosambi, yang terletak di Desa Bumijaya, Kabupaten Serang, telah lama dikenal sebagai pusat produksi kerajinan gerabah.

Aktivitas ini telah berlangsung selama belasan tahun dan menjadi sumber penghidupan utama bagi mayoritas warganya.

Kerajinan yang dihasilkan bervariasi, mulai darikowi, guci, kendi, pot bunga, teko, celengan, hingga peralatan dapur tradisional seperti cobek dan coet.

Semua produk tersebut dibuat dari tanah khusus yang diperoleh dari wilayah sekitar.

Tercatat ada sekitar 250 warga yang aktif sebagai perajin gerabah di Kampung Kosambi. Produk yang dihasilkan bahkan sempat menembus pasar luar daerah, seperti Bali, Jepang, dan Malaysia.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemasaran mengalami penurunan. Meski demikian, produk seperti gentong penampung air masih cukup diminati, terutama di wilayah Bali.

Salah satu perajin bernama Akmaryah, mengungkapkan bahwa ia telah menekuni pembuatankowi sejak usia 15 tahun. Kemampuan ini diturunkan dari ibunya yang juga seorang perajin.

“Kalau buat ini (kowi) manual, bisa 100 buah dalam dua hari, sekaligus sama pengeringannya. Langsung dijemur di bawah terik matahari,” ujarnya.

Produk kowi kecil yang dibuatnya dijual kepada tengkulak seharga Rp1.000 per buah.

Akmaryah berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan lebih terhadap keberlangsungan kerajinan gerabah yang ia tekuni.

Sebab sebelumnya, ia sempat diajak memproduksi kerajinan yang sama di Bali oleh salah satu pengusaha setempat.

Proses pengeringan kowi (Banten TV)

Ahmad Suhedi, seorang tengkulak gerabah yang telah berkecimpung selama satu dekade, menjelaskan bahwa produkkowi memiliki berbagai ukuran, dari yang terkecil berukuran 7 hingga yang terbesar berukuran 35.

“Kalau untukkowi kecil dihargain Rp1.000, dan untuk ukuran agak besar Rp1.600,” katanya.

Ia juga memasarkan gerabah lain seperti gentong dan pot bunga ke daerah Sukabumi, Bogor, Bayah, dan Cikotok.

Meski jumlah peminat produk gerabah menurun, gentong air buatan Kosambi masih mendapat tempat di pasaran.

Harga produk gerabah di kampung ini bervariasi, mulai dari Rp25.000 hingga mencapai Rp5 juta, tergantung ukuran dan bentuk

Proses pembakaran dilakukan seminggu sekali, dengan jumlah produksi mencapai 3.000 unit setiap kali pembakaran.

Di tengah gempuran produk modern dan perubahan gaya hidup masyarakat, eksistensi Kampung Kosambi sebagai sentra gerabah tetap menjadi simbol kekayaan budaya lokal yang patut dipertahankan.

Siti Anisatusshalihah

TERKAIT
- Advertisment -