Bantentv.com – Badan Meteorlogi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem dan hujan di sejumlah wilayah di Indonesia pada awal Juli 2025 dan masa libur sekolah.
Berdasarkan analisis prospek cuaca mingguan dari Direktorat Meterologi Publik BMKG, musim kemarau tahun 2025 diperkirakan akan lebih lambat dari biasanya, terutama wilayah Indonesia bagian selatan.
Hal tersebut karena pengaruh sejumlah dinamika atmosfer yang masih berlangsung. Untuk itu masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi, meskipun sebagian wilyah telah memasuki musim kemarau.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa musim kemarau tahun ini belum merata karena angin Monsum Australia yang menjadi pendorong utama kemarau masih relatif lemah.
Selain itu, suhu muka laut yang lebih hangat dari normal di selatan Indonesia turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan deras meskipun secara klimatologis sudah memasuki musim kemarau.
“Seharusnya, pada periode Maret hingga Mei angin Monsun Australia sudah dominan membawa massa udara kering dari selatan. Namun tahun ini, kekuatannya tertahan, sehingga sistem atmosfer skala mingguan seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby, dan gelombang Kelvin masih aktif dan turut mendorong pembentukan awan-awan hujan,” ujar Dwikorita pada keterangan tertulisnya.
Baca juga : Hal yang Perlu Diwaspadai Saat Cuaca Ekstrem
Sejumlah destinasi di wilayah selatan Indonesia diprakirakan mengalami tutupan awan dan curah hujan. Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) yang saat ini berada di wilayah Indonesia, terutama meliputi Jawa bagian tengah dan timur, Bali, Nusa Tenggara, serta Sebagian Kalimantan menjadi pemicu utama kondisi ini.
Dwikorita menekankan masyarakat yang ingin melakukan liburan ke wilayah Indonesia bagian selatan untuk terus waspada, terutama menuju destinasi seperti kawasan Puncak, Bandung Utara, Yogyakarta, Malang, dan Batu, yang berpotensi mengalami hujan pada siang hingga malam hari.
Sementara itu, kawasan wisata pesisir seperti Bali dan Lombok juga perlu diwaspadai karena potensi gelombang tinggi dan angin kencang dari arah timur yang dapat membahayakan aktivitas di laut. Di wilayah Labuan Bajo dan Nusa Tenggara Timur, hujan lebat dan angin kencang juga diperkirakan dapat terjadi, terutama pada sore hingga malam hari.
“Masyarakat yang hendak bepergian ke tempat wisata agar selalu memperhatikan informasi cuaca terkini dari BMKG. Jangan hanya mengandalkan prediksi berdasarkan musim, karena dinamika atmosfer saat ini sangat aktif dan cepat berubah. Kami terus memutakhirkan prakiraan cuaca harian dan peringatan dini untuk memastikan masyarakat dapat berwisata dengan aman dan nyaman,” tegas Dwikorita.
BMKG pun meminta kepada masyarakat yang ingin berlibur untuk menyesuaikan perjalanan wisata dengan perkembangan cuaca terkini, termasuk membawa perlengkapan di musim hujan, seperti jas hujan, pakaian hangat, dan menghindari tempat dan aktivitas luar ruangan saat cuaca buruk.