Bantentv.com – Media sosial telah menjadi ruang yang penuh dinamika, di mana tren-tren viral datang dan pergi dengan cepat. Mulai dari makanan “Frozen Honey”, es krim cone yang digeprek, hingga stiker “And Yours” di Instagram, semuanya menarik perhatian warganet.
Namun, di balik semarak tren tersebut, terdapat fenomena psikologis yang dikenal sebagai efek bandwagon.
Apa Itu Efek Bandwagon?
Efek bandwagon adalah kecenderungan psikologis seseorang untuk mengikuti perilaku, gaya hidup, atau pandangan tertentu hanya karena banyak orang melakukannya.
Dalam konteks media sosial, efek bandwagon membuat individu merasa terdorong untuk ikut serta dalam tren viral demi dianggap relevan atau diterima oleh lingkungan sosialnya.
Semakin sering tren muncul di linimasa, semakin besar dorongan untuk ikut serta. Padahal, tidak semua tren memberikan dampak positif.
Secara historis, istilah ini berakar dari dunia politik Amerika Serikat pada akhir abad ke-19, ketika dukungan terhadap kandidat politik cenderung meningkat seiring dengan popularitasnya.
Konsep ini kemudian dikaji lebih mendalam oleh Rudiger Schmitt-Beck dalam jurnal ilmiah berjudul Bandwagon Effect yang diterbitkan pada tahun 2015.
Sehingga memperkuat posisi istilah tersebut dalam literatur psikologi sosial dan komunikasi massa.
Faktor Penyebab Efek Bandwagon
DIrangkum dari berbagai sumber, ada empat faktor utama yang menyebabkan efek bandwagon sangat kuat di era media sosial:
- Pengaruh Sosial
Lingkungan sekitar—termasuk teman, keluarga, dan komunitas digital—mampu memberikan tekanan tidak langsung untuk mengikuti tren tertentu. Tak ingin dianggap ketinggalan, seseorang cenderung ikut-ikutan demi merasa diterima.
- FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO adalah rasa takut tertinggal dari hal-hal yang sedang ramai dibicarakan. Efek bandwagon sangat dipengaruhi oleh FOMO, terutama di kalangan pengguna muda yang ingin tetap terhubung dengan tren populer.
- Pencitraan Diri
Media sosial adalah tempat membangun identitas digital. Banyak orang mengikuti tren demi membentuk citra trendi, kreatif, atau modern, meskipun tidak benar-benar memahami esensi tren tersebut.
- Kesalahan Berpikir (Cognitive Bias)
Ketika sesuatu dilakukan oleh banyak orang, ada kecenderungan untuk menganggapnya benar atau aman, tanpa melakukan penilaian kritis. Ini memperkuat efek bandwagon di kalangan pengguna media sosial.
Dampak Negatif Efek Bandwagon
Tidak semua tren berdampak positif. Tren seperti Skull Breaker Challenge di TikTok sempat menyebabkan cedera serius.
Begitu pula dengan stiker “And Yours” yang berpotensi membahayakan keamanan data pribadi.
Mengikuti tren tanpa berpikir panjang dapat membuka celah bagi penipuan, peretasan, atau bahkan membahayakan diri sendiri secara fisik dan mental.
Sementara, untuk meminimalkan dampak negatif efek bandwagon, penting bagi pengguna media sosial untuk:
- Menilai manfaat dan risiko dari sebuah tren
- Menghindari tekanan sosial yang memaksakan keterlibatan
- Menumbuhkan literasi digital agar lebih selektif dalam mengonsumsi konten
Efek bandwagon adalah fenomena psikologis yang tak bisa dihindari dalam era digital saat ini.
Namun, dengan kesadaran dan sikap kritis, kita bisa menyaring tren yang bermanfaat dan menjauh dari tren yang merugikan. Jangan biarkan tekanan sosial membuat kita kehilangan jati diri.
Editor: Erina Faiha Qotrunnada
Konten telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi.