Bantentv.com – Dalam ajaran Islam, bulan Muharram termasuk salah satu bulan yang dimuliakan. Bulan ini memiliki makna spiritual yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Di antara hari-hari istimewa dalam bulan ini, 10 Muharram yang dikenal sebagai Hari Asyura memiliki keutamaan tersendiri.
Hari Asyura sendiri menjadi momen istimewa yang sarat dengan keutamaan, keutamaan tersebut adalah amalan menyantuni anak yatim.
Di Indonesia, tradisi ini dikenal sebagai “Lebaran Anak Yatim”, didalamnya mencerminkan nilai-nilai kasih sayang dan kepedulian sosial yang diajarkan Islam.
Melansir dari Baznas.go.id, Keutamaan 10 Muharram dalam menyantuni anak yatim tidak hanya memberikan manfaat duniawi, tetapi juga menjanjikan pahala besar di akhirat.
Hari Asyura juga menjadi waktu yang istimewa untuk berbuat kebaikan, khususnya kepada anak yatim, dari perspektif keimanan Muslim.
Baca juga: Polda Banten Gelar Santunan Anak Yatim di Hari Asyura
Keutamaan 10 Muharram berakar dari peristiwa agung ketika Nabi Musa AS diselamatkan oleh Allah SWT dari kejaran Firaun, sebagaimana disebutkan dalam berbagai riwayat.
Hari Asyura juga menjadi ajakan spiritual bagi umat Muslim untuk bersyukur dan memperbanyak amal saleh, termasuk melalui puasa sunah pada tanggal 10 Muharram.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat Muslim bahwa puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.
Di samping puasa, umat Islam dianjurkan melakukan berbagai kebaikan, terutama menyayangi dan menyantuni anak yatim, sebagaimana diteladankan oleh Rasulullah sendiri.
Dalam Surah Ad-Dhuha ayat 9 disebutkan:
“Fa ammal yatîma fa lâ taqhar”
Artinya: “Maka terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.”
Hadis riwayat Bukhari juga menyebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.”
Beliau kemudian mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan merenggangkannya.
Tradisi dan Nilai Sosial Hari Asyura
Tradisi menyantuni anak yatim pada 10 Muharram di Indonesia dikenal juga dengan sebutan Idul Yatama.
Kegiatan ini tidak hanya sebagai bentuk empati, namun juga menjadi sarana menguatkan solidaritas sosial antarwarga serta menanamkan nilai-nilai keislaman kepada generasi muda.
Melibatkan anak-anak dan remaja dalam kegiatan santunan ini juga merupakan bagian dari pendidikan karakter Islam.
Melalui kegiatan nyata seperti ini, umat Muslim diajak untuk membangun kelembutan hati, empati, dan tanggung jawab sosial sejak dini.
Hari Asyura dan keutamaan 10 Muharram bukan sekadar ritual, tetapi panggilan untuk berbuat baik, terutama terhadap anak-anak yatim yang menjadi perhatian khusus dalam ajaran Islam.
Tradisi ini menjadi momentum memperkuat keimanan, meneladani akhlak Rasulullah, dan menjadikan bulan Muharram sebagai bulan kasih sayang dan solidaritas.
Editor: AF Setiawan