Lebak, Bantentv.com – Kisah pilu datang dari sebuah keluarga di Lebak terpaksa tinggal di sebuah saung atau gubuk bekas tempat budidaya jamur.
Warga Kampung Sindangsono, Desa Sindangsari, Kabupaten Lebak tinggal di gubuk yang kondisinya sangat miris dan memprihatinkan selama tiga tahun.
Mereka terpaksa tinggal di gubuk ini akibat keterbatasan ekonomi.
Keluarga kecil ini tidak mampu membangun rumah layak huni seperti orang-orang pada umumnya.
Dengan kondisi yang memperihatinkan, mereka harus bertahan tempat yang atapnya bocor, tidak ada lantai ubin, dan ketika malam tiba udara dingin menusuk tulang.
Baca juga : Miris! Seorang Ayah dan Anak di Lebak Tinggal Bersama Kambing Peliharaan di Gubuk Lio Bata
Tak jarang, mereka juga harus waspada terhadap binatang berbisa seperti ular yang kadang datang secara tiba-tiba.
Saat ditemui Banten TV, Irna tak kuasa menahan air mata saat menceritakan kesulitan yang dialaminya selama menempati gubuk yang jauh dari kata aman dan layak tersebut.
“Sedih, atap bocor kalua hujan, banyak uler, anak sakit, ada angin kenceng, kalua malem kedinginan,” ujar Irna.
Irna mengungkapkan, sang suami bekerja sebagai buruh serabutan di kebun milik orang lain. Penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari.
“Suami kerja di kebun punya orang, pendapatannya paling 30 ribu atau 40 ribu,” kata Irna.
Kendati begitu, meski berada dalam kondisi ekonomi yang sangat sulit.
Ia mengaku belum pernah menerima bantuan sosial dari pemerintah, baik program keluarga harapan atau PHK maupun bantuan pangan nontunai atau BPNT.
“Nggak pernah dapet bantuan apa-apa dari pemerintah, nggak ada yang ngusulin juga,” ungkap Irna.
Di tengah kondisi serba kekurangan ini, Irna hanya bisa berharap ada bantuan dari pemerintah atau para dermawan agar mereka bisa hidup lebih layak, terutama demi masa depan anak-anaknya.
Suasana di saung bekas budidaya jamur yang diisi satu keluarga kurang mampu yakni Irna dan keluarga kecilnya.
Erina Faiha Qothrunnada