Senin, Juli 14, 2025
BerandaHiburanMengenal Motif Wastra Tenun Asli Baduy Banten

Mengenal Motif Wastra Tenun Asli Baduy Banten

Bantentv.com – Wastra, sebagai warisan budaya dalam bentuk kain tradisional, memiliki peran penting dalam merepresentasikan identitas dan nilai-nilai masyarakat Baduy.

Di wilayah Kanekes, Banten, tradisi menenun tidak hanya menjadi aktivitas sehari-hari, tetapi juga sarana untuk menjaga aturan hidup dan warisan leluhur.

Setiap wastra tenun yang dihasilkan masyarakat Baduy memuat filosofi dan pemaknaan mendalam yang tercermin melalui motif dan pemilihan warna.

Menurut keterangan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII, masyarakat Baduy terbagi menjadi dua kelompok besar, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Perbedaan karakter budaya antara keduanya tercermin dalam motif wastra yang mereka hasilkan.

Wastra tenun Baduy Dalam umumnya lebih sederhana, hanya menggunakan motif polos dan aros. Sementara itu, masyarakat Baduy Luar memiliki keragaman motif yang lebih luas.

Motif-motif yang dikenal dalam tenun Baduy antara lain adalah suat samata, suat balimbingan, mata baru, suat songket, tajur pinang, adu mancung, suar kembang gedang, aros, susuatan (batik baru), serta motif sarung seperti poleng kacang herang carang dan poleng kacang herang kerep.

Kekayaan corak ini menjadikan wastra Baduy Luar lebih berwarna baik secara harfiah maupun simbolik.

Seorang remaja perempuan Suku Baduy sedang menenun kain (Foto: Indonesia Kaya)

Perbedaan motif tersebut turut mempengaruhi palet warna yang digunakan. Wastra Baduy Dalam hanya memakai dua warna utama: hitam dan putih. Warna-warna ini merefleksikan kesederhanaan dan kedalaman nilai spiritual mereka.

Sebaliknya, wastra dari Baduy Luar cenderung lebih variatif. Jika dahulu hanya menggunakan warna biru, hitam, putih, merah, dan hijau, kini masyarakat mulai menambahkan nuansa merah muda, kuning, bahkan kuning keemasan.

Kebebasan dalam berekspresi melalui warna ini bukan tanpa makna. Seperti yang tercermin dalam pepatah lokal Baduy Luar, yakni “moal aya putih mun teu aya hideung, moal rame dunia mun euweuh warna”—tidak ada putih jika tidak ada hitam, dunia tak akan ramai tanpa warna.

Ungkapan ini memperkuat pandangan bahwa keberagaman adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan.

Dengan memahami kedalaman nilai-nilai yang tersimpan dalam wastra tenun Baduy, kita tidak hanya mengapresiasi keindahan kainnya, tetapi juga turut melestarikan jati diri budaya yang hidup dalam setiap helai benangnya.

Siti Anisatusshalihah

TERKAIT