Bantentv.com – Jejak emas Kesultanan Banten tercermin dari berbagai peninggalan sejarah yang masih bisa disaksikan hingga kini di Provinsi Banten. Kesultanan ini merupakan salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya di bagian barat Pulau Jawa.
Didirikan pada abad ke-16 oleh Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan, dakwah, dan kekuasaan politik, meskipun Sunan Gunung Jati sendiri tidak pernah memerintah langsung sebagai raja di wilayah tersebut.
Sebagai kerajaan Islam yang berpengaruh, Kesultanan Banten meninggalkan berbagai warisan budaya dan sejarah yang masih dapat disaksikan hingga hari ini.
Salah satunya adalah Masjid Agung Banten, yang menjadi pusat aktivitas keagamaan dan dibangun dekat area strategis seperti benteng keraton dan Jembatan Rante. Namun, warisan Banten tidak berhenti di situ.
Berikut beberapa peninggalan penting Kesultanan Banten yang layak dikunjungi untuk memahami lebih dalam kejayaan masa lalunya:
Keraton Surosowan: Pusat Pemerintahan Kesultanan
Keraton Surosowan merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Banten dari abad ke-16 hingga ke-19. Dibangun oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552–1570), istana ini menjadi simbol kekuasaan dan kemakmuran Banten di masa keemasannya.
Meskipun kini hanya tersisa reruntuhan, situs ini tetap menyimpan nilai sejarah yang kuat dan menjadi destinasi edukatif bagi para pengunjung.
Benteng Speelwijk: Jejak VOC di Tanah Banten

Didirikan pada tahun 1682 oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), Benteng Speelwijk berfungsi sebagai pertahanan sekaligus permukiman para pejabat Belanda kala itu.
Di sekitarnya, terdapat makam bangsawan dan tentara Belanda sebagai saksi bisu pengaruh kolonial di wilayah tersebut. Benteng ini masih berdiri kokoh dan terbuka untuk umum sebagai situs sejarah yang autentik.
Keraton Kaibon: Istana Terakhir yang Dihancurkan

Keraton Kaibon merupakan peninggalan penting lainnya yang pernah menjadi tempat tinggal Sultan Syaifuddin, penguasa Banten dari tahun 1809 hingga 1819.
Sayangnya, keraton ini dihancurkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1832. Meski yang tersisa hanyalah puing-puing, bangunan ini tetap menyimpan jejak kejayaan Kesultanan yang tidak terlupakan.
Prasasti Batu Tulis Muruy: Kaligrafi Arab sebagai Saksi Sejarah
Peneliti menemukan batu bersejarah yang dikenal sebagai Prasasti Batu Tulis Banten di Kampung Muruy, Kabupaten Pandeglang.
Di salah satu sisinya terukir aksara Arab dalam bentuk kaligrafi, memperkuat dugaan bahwa prasasti ini berkaitan erat dengan Kesultanan Banten. Prasasti ini menjadi bukti otentik dari penyebaran Islam dan literasi di masa kejayaan Banten.
Masjid Agung Banten: Simbol Spiritualitas dan Kejayaan

Tidak lengkap membahas peninggalan Banten tanpa menyebut Masjid Agung Banten. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi simbol kekuatan spiritual dan pusat kegiatan keagamaan masyarakat pada masa itu.
Letaknya yang strategis dan arsitekturnya yang khas menjadikannya sebagai destinasi utama wisata religi di Banten.
Keseluruhan situs ini tidak hanya merekam kejayaan Kesultanan Banten, tetapi juga menjadi saksi atas pertemuan antara budaya lokal, Islam, dan kolonialisme.
Menelusuri jejak-jejak sejarah ini bukan hanya mengenang masa lalu, tapi juga menumbuhkan apresiasi atas kekayaan warisan budaya bangsa.
Artikel ini ditulis oleh Alvian Ramadhan/Magang, peserta program magang di Bantentv.com. Konten telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi.