Bantentv.com– Mulanya, penulis sempat ragu membahas topik ini. Namun, hati kecil tak kunjung tenang bila terus memendamnya.
Akhirnya, pikiran ini penulis tuangkan dalam naskah sederhana sebagai bentuk hadiah pisah sambut Rektor di almamater tercinta.
Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten adalah institusi pendidikan tinggi Islam terkemuka di Provinsi Banten.
Kehadirannya menjadi pilihan utama masyarakat Banten, selain UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang lokasinya lebih jauh.
UIN Banten memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan tinggi Islam di Tanah Jawara. Cikal bakal berdirinya UIN Banten dimulai sejak lahirnya Fakultas Syariah Maulana Yusuf pada tahun 1961.
Fakultas tersebut didirikan oleh para tokoh masyarakat Banten bersama Korem 064 Maulana Yusuf.
Kemudian Fakultas ini dibawah koordinasi IAIN Jogjakarta (1962-1963) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1963-1973) lalu IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1976-1997).
Pada 1997, Fakultas ini berubah menjadi STAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Kemudian berubah lagi menjadi IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten pada 2004.
Pada akhirnya, bertransformasi menjadi UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten pada 2017 berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2017.
UIN Banten saat ini memiliki enam fakultas. Di antaranya Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Ushuluddin dan Adab, Fakultas Dakwah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Sains serta Program Pascasarjana S2 dan S3.
Rektor Baru, Lebih Maju atau Sebaliknya?
Kemajuan suatu institusi ditentukan oleh pemimpin tertingginya. Karena pemimpin adalah pemegang otoritas tertinggi, ia menentukan mau dibawa kemana dan mau diseperti apakan Lembaga tersebut.
berbicara institusi Pendidikan, tentu kita berbicara kapasitas keilmuan, kepiawaian memimpin, produktifitas karya ilmiah dan jejaring lintas instansi.
Hal utama yang diperlukan oleh seorang rektor universitas adalah kemempunian keilmuan. Produktifitas karya ilmiah sebagai bukti mutu keilmuan yang teruji juga penting.
Karya tersebut harus berbasis penelitian dan dapat dibaca oleh Masyarakat. Dengan kata lain, Kampus butuh Ilmuan untuk memimpin.
Meskipun rektor adalah jabatan, namun rektor adalah jabatan tertinggi di perguruan tinggi. Serasa tidak etis jika perguruan tinggi dipimpin oleh seseorang yang kurang berpengalaman mempimpin Lembaga.
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan jika ia kurang dikenal di Masyarakat luas dan miskin karya ilmiah.
Bahkan, menelaah dengan ketat track recordnya perlu dilakukan, mulai dari rekam jejak Pendidikan, pengalaman memimpin, meneliti, hingga sudah berapa lamakah ia menjadi guru besar (Profesor).
Hal ini penting dilakukan bukan untuk meremehkan namuh untuk memberikan jaminan. Selain itu, kita ingin keyakinan bahwa ia mampu memimpin, bertanggung jawab, dan membawa kemajuan bagi kampus yang dipimpin.
Seperti yang kita ketashui, kampus merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya manusia dengan budaya epistemic ya mumpuni, dengan alasan tersebut diatas.
UIN Banten diharapkan mampu menjadi kampus yang memberikan akses Pendidikan yang presentatif bagi Masyarakat, terkhusus Masyarakat Banten.
Untuk menjadi universitas yang berkelas, pemimpin (rektor)nya sangat menentukan. Ia menentukan sejauh mana Lembaga Pendidikan ini menjamin terselenggaranya proses pemenuhan keilmuan (akademis) bagi mahasiswa yang baik.
Hal tersebut juga memastikan kegiatan akademis yang mumpuni dan berkualitas.
Dengan alasan bahwa Pendidikan merupakan pondasi bagi keberlangsungan masa depan bangsa, maka kita wajib menguji dan menuntut bagaimana keterjaminan mutu Pendidikan itu terselenggara dengan baik.
Rekam Jejak Rektor Baru UIN Banten
Menakar bagaimana kemampuan seseorang salahsatunya bisa dianalisa dari rekam jejaknya.
Prof Muhammad Ishom Lahir di Demak, Jawa Tengah, pada 23 Juni 1976. Ia menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Madrasah dan Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen serta Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.
Gelar sarjananya diraih di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1999), magister dari IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2001), dan doktor dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2012).
Sejak 2007, Prof Ishom tercatat sebagai dosen tetap di UIN SMH Banten. Sementara itu, gelar professor dan guru besarnya baru dikukuhkan pada 1 April 2025.
Prof Ishom juga dikenal aktif dalam berbagai organisasi keagamaan dan akademik. Beberapa organisasi yang diikutinya, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Ikatan Sarjana NU (ISNU), JATMAN, serta asosiasi keilmuan nasional.
Ia pernah menjabat sebagai Ketua LP Maarif PWNU DKI Jakarta. Bahkan, ia juga pernah menjadi Wakil Rais Syuriah PCNU Jakarta Barat.
Tidak hanya itu, perannya berlanjut hingga menjadi Ketua Asosiasi Program Studi Hukum Tata Negara se-Indonesia.
Ia juga mengajar di berbagai perguruan tinggi seperti STAINU Jakarta, UNUSIA Jakarta, dan menjadi direktur P2MP Jakarta.
Kiprah Prof Ishom juga diakui dengan sejumlah penghargaan. Di antaranya Top 100 Dai/Penceramah Recommended dari kementrian agama RI (2018), Dai Medsos Inspiratif dari Yayasan GNS (2024).
Selain itu, ia juga menerima Satyalancana Karya Satya X Tahun dari Presiden RI (2024). Terakhir, ia menjadi Juara I Cabang Dakwah MTQ Korpri Provinsi Banten (2020).
Sedangkan untuk buku karyanya, atas keterbatasan pengetahuan penulis, penulis tidak menenmukannya.
Rekam Jejak Rektor Sebelumnya
Rektor UIN SMH Banten sebelumnya (2021-2025) adalah Prof. H Wawan Wahyuddin M.Pd, Ia dikenal sebagai seorang akademisi, penulis dan peneliti. Ia dilahirkan di Kuningan pada tanggal 1 Januari 1962.
Perjalanan pendidikan Prof. Dr. Wawan dimulai di SD Cigadung 2, Kabupaten Kuningan tamat pada 1973. Setelah itu, ia melanjutkan studi di Pondok Pesantren Modern Daarussalam Gontor dan berhasil lulus pada 1979.
Kemudian, ia melanjutkan ke IAIN Sunan Gunung Jati Cirebon. Di sana ia meraih gelar Sarjana Muda. Selanjutnya, ia melanjutkan ke IAIB sampai mendapatkan gelar sarjana.
Gelar Master diraihnya dari Universitas HAMKA Jakarta. Akhirnya, ia meraih gelar Doktor di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, Prof. Dr. Wawan Wahyuddin memulai perjalanan karirnya. Ia menjadi Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Kota Serang pada 1985.
Kemudian menjabat Wakil Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Kota Serang dari 1993 hingga 1996. Setelah itu, ia menjadi staf Fakultas Syariah di IAIN Sunan Gunung Jati pada 1997.
Ia juga berkontribusi sebagai Dosen pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri SMHB Serang dari 2000 hingga 2006.
Di lingkungan kampus, ia pernah menempati jabatan-jabatan penting. Beberapa di antaranya menjadi Ketua Jurusan Tadris Bahasa Inggris STAIN SMHB Serang dari 2004 hingga 2006.
Selain itu, ia berperan sebagai Pembantu Dekan 1 Bidang Akademik Fakultas Tarbiyah dan Adab IAIN SMH Banten pada tahun 2007.
Puncak kariernya sebagai seorang akademisi adalah saat ia meraih jabatan Guru Besar pada tahun 2021. Ia juga menjadi rektor UIN SMH Banten periode 2021-2025.
Selain aktif di berbagai organisasi keagamaan, ia juga menulis sejumlah buku inspiratif.
Beberapa di antaranya berjudul “Menata Negeri dengan Hati”, “Selamatkan Bumi: Menumbuhkan Harapan dengan Penghijauan”, “Menggapai Ridho Allah di Bulan Ramadhan: Fokus Ibadah”, serta “Free Palestine: Amanat Kemanusiaan dan Keberlanjutan Perdamaian.”
Artikel opini ini ditulis oleh Oki Fathurohman, Mahasiswa Study Islam Interdisipliner Pascasarjana UIN Banten