Minggu, Oktober 5, 2025
BerandaRagamOtomotifPerkembangan Mobil Listrik Meroket di 2025, Mampukah Indonesia Jadi Pasar Utama?

Perkembangan Mobil Listrik Meroket di 2025, Mampukah Indonesia Jadi Pasar Utama?

Saluran WhatsApp

Bantentv.com – Angin segar berhembus di industri otomotif Tanah Air. Penjualan mobil listrik di Indonesia melesat hingga 211% pada awal 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Angka ini merupakan sinyal kuat bahwa masyarakat Indonesia mulai serius melirik mobil listrik sebagai kendaraan harian mereka.

Di sejumlah showroom, antrean calon pembeli mobil listrik kini bukan pemandangan langka. Mereka datang dengan berbagai pertimbangan, ada yang peduli lingkungan, tapi ada pula yang menghitung penghematan biaya operasional.

Persaingan pasar pun kian memanas. Berbagai merek, terutama dari China, membanjiri pasar Indonesia, dengan BYD yang memimpin sebagai brand terlaris pada Maret 2025.

Kompetisi ketat ini justru menguntungkan konsumen karena harga mobil listrik terus turun. Saat ini, konsumen sudah bisa membawa pulang mobil listrik dengan harga mulai Rp189 juta.

Bandingkan dengan tiga tahun lalu ketika mobil listrik masih dianggap barang mewah yang hanya bisa dimiliki kalangan atas.

Kini, pegawai kantoran hingga pengusaha UKM mulai mempertimbangkan beralih ke mobil listrik mengingat biaya perawatan dan bahan bakar yang jauh lebih murah.

Pemerintah tampaknya paham momentum ini harus dijaga. Kebijakan perpanjangan insentif pajak PPnBM 100% untuk impor mobil listrik terus digulirkan di 2025.

Baca Juga: Pemprov Banten akan Pesan Mobil Listrik untuk Kendaraan Dinas

Langkah ini bukan tanpa perhitungan, Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada 2060, dan mobil listrik menjadi kunci utamanya.

Salah satu kendala terbesar yang selama ini menghambat adopsi mobil listrik adalah infrastruktur pengisian daya. Kabar baiknya, masalah ini mulai teratasi.

PLN mencatat peningkatan fantastis dengan jumlah SPKLU naik 299% sepanjang 2024, sementara layanan Home Charging melonjak 302% menjadi 28.356 unit.

Stasiun pengisian kini tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali. Kekhawatiran kehabisan baterai di tengah jalan yang dulu jadi momok besar kini mulai sirna.

Yang lebih menarik, ekspansi tidak berhenti di kota besar. PLN dan berbagai operator swasta terus memperluas jangkauan hingga ke kota-kota tier dua dan tiga, memastikan ekosistem mobil listrik merata di seluruh Indonesia.

Investasi besar terus mengalir masuk. GAC International bahkan sudah membangun pabrik di Cikampek dengan kapasitas 50.000 unit per tahun yang akan beroperasi penuh April 2025.

Ini bukan kasus tunggal. Total kapasitas produksi mobil listrik di Indonesia mencapai 251 ribu unit per tahun pada 2025, melibatkan tujuh merek besar yang berlomba membangun pabrik di Tanah Air.

Kehadiran pabrik-pabrik mobil listrik ini tidak hanya meningkatkan pasokan, tapi juga menyerap ribuan tenaga kerja.

Indonesia perlahan bergerak dari sekadar pasar konsumen menjadi basis manufaktur mobil listrik regional.

Para analis optimistis dengan prospek ke depan. Proyeksi menyebutkan pangsa pasar kendaraan ini bisa mencapai 8% dari total penjualan otomotif pada 2025.

Angka ini mungkin terlihat kecil, tapi dalam konteks pasar otomotif Indonesia yang besar, ini adalah pencapaian luar biasa.

Dengan populasi yang kini menyentuh angka 270 juta jiwa, kelas menengah yang terus tumbuh, dan dukungan pemerintah yang solid, Indonesia berpotensi besar menjadi pusat mobil listrik Asia Tenggara.

Namun, tantangan masih menghadang. Edukasi masyarakat tentang manfaat mobil listrik perlu terus ditingkatkan, begitu pula pemerataan infrastruktur hingga ke pelosok.

Artikel ini ditulis oleh [Fikri Maulana Iqbal], peserta program magang di Bantentv.com.
Konten telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi.
Editor Siti Anisatusshalihah
TERKAIT
- Advertisment -