Bantentv.com – Siapa yang tidak kenal dengan kuliner berkuah seperti soto dan coto? Keduanya sering menjadi menu favorit saat makan siang maupun malam.
Meski namanya mirip, ternyata ada perbedaan cukup mencolok antara keduanya.
Perbedaan ini bisa dilihat dari asal-usul, isiannya, hingga cara penyajiannya. Yuk simak perbedaannya!
Asal Muasal
Meski sama-sama hidangan berkuah dengan daging sebagai bahan utama, soto dan coto lahir dari latar belakang budaya yang berbeda.
Soto diyakini mendapat pengaruh dari kuliner Tionghoa. Nama “soto” diperkirakan berasal dari sebutan Cau Do atau Jao To dalam dialek Hokkien yang berarti jeroan berempah.
Seiring waktu, masyarakat Nusantara memodifikasi resep ini sehingga tercipta berbagai jenis soto khas daerah seperti Soto Betawi, Soto Lamongan, Soto Kudus, hingga Soto Banjar.
Berbeda dengan soto, coto adalah kuliner asli Makassar, Sulawesi Selatan.
Catatan sejarah menyebutkan hidangan ini sudah dikenal sejak era Kerajaan Gowa pada abad ke-16.
Awalnya, coto hanya disajikan di istana untuk raja dan bangsawan karena bahan utamanya berupa daging sapi atau kerbau.
Rakyat biasa pun menikmatinya, tetapi hanya dengan jeroan sebagai isiannya.
Variasi Isian
Soto biasanya berisi suwiran daging ayam atau irisan daging sapi, ditambah bihun, tauge, irisan kubis, dan perasan jeruk nipis yang memberi rasa segar.
Di sisi lain, coto menawarkan pilihan yang lebih beragam seperti daging sapi, jeroan hati, paru, limpa, jantung, hingga babat.
Ada pula tambahan sambal tauco khas Makassar, bahkan sebagian orang menambahkan kuning telur mentah di atasnya untuk memperkaya rasa.
Baca Juga: Rekomendasi Makanan yang Cocok Dimakan di Musim Hujan
Warna dan Aroma Kuah
Perbedaan paling mencolok antara soto dan coto ada pada kuahnya.
Kuah soto cenderung jernih atau kuning karena penggunaan kunyit, jahe, daun salam, kemiri, dan rempah-rempah segar lainnya.
Sementara itu, kuah coto berwarna kecokelatan dan lebih pekat. Rahasianya terletak pada penggunaan kacang giling, kluwek, serta sekitar 40 jenis rempah yang dikenal dengan sebutan rampa patang pulo.
Hasilnya adalah kuah dengan aroma khas yang lebih tajam dibandingkan soto.
Cara Penyajian
Soto biasanya disajikan bersama nasi putih, bisa dipisah atau langsung dimasukkan ke dalam mangkuk.
Sedangkan, coto Makassar selalu ditemani ketupat atau buras (sejenis lontong khas Sulawesi Selatan).
Pelengkap ini membuat pengalaman menyantap coto terasa lebih otentik dan berbeda dari hidangan berkuah lainnya.
Dengan perbedaan dari segi asal, isian, hingga cara penyajiannya, jelas bahwa soto dan coto memiliki karakter masing-masing.
Keduanya sama-sama lezat, namun menghadirkan pengalaman kuliner yang berbeda.
Jadi, ketika berkesempatan mencicipinya, rasakan bedanya dan nikmati cita rasa khas Nusantara di tiap suapannya.
Editor: Siti Anisatusshalihah