Bantentv.com – Jelang matahari terbenam, langit senja menyelimuti Kota Serang dengan nuansa hangat. Dari pinggir jalan, aroma kuliner malam angkringan perlahan menyeruak, menggoda siapa pun yang melintas.
Asap sate bakar dan sate taichan berpadu dengan wangi gorengan serta wedang jahe yang mengepul, menciptakan suasana khas yang sulit ditolak.
Angkringan kini telah menjadi identitas kuliner malam di Serang. Dengan menu sederhana namun menggugah selera, pengunjung bisa menikmati hidangan murah meriah mulai dari Rp2.000 hingga Rp10.000.
Nasi kucing, tempe mendoan hangat, sate kulit, sate usus, hingga wedang jahe dan aneka minuman lain menjadi teman sempurna untuk berbincang santai di bawah langit malam kota.
Harganya yang ramah di kantong membuat angkringan digemari semua kalangan, mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga pekerja kantoran.
Baca Juga: Es Mambo, Jajanan Legendaris yang Tetap Menggoda Selera
Di sisi lain, kesederhanaannya justru menghadirkan pengalaman kuliner yang merakyat, mudah diakses, dan selalu dirindukan.
Sekitaran Jalan Jendral Ahmad Yani Serang, menjadi titik yang paling ramai.
Gerobak – gerobak angkringan mulai ramai pengunjung di waktu setelah magrib untuk makan ringan sekaligus menikmati suasana santai dan tidak menguras kantong.
Dengan harga yang murah dan menawarkan tempat lesehan menambah nuansa kebersamaan, menghadirkan atmosfer yang berbeda dibandingkan kafe atau restoran modern.
Meski kafe-kafe telah bermunculan di Serang, angkringan tetap mempertahankan keunikannya, termasuk kehangatan interaksi antarpengunjung menjadi daya tarik tersendiri.
Bukan sekadar kuliner, angkringan adalah sebuah tempat ruang sosial yang mempertemukan berbagai latar belakang.
Di tengah banyaknya kuliner kekinian, keberadaan angkringan membuktikan bahwa kuliner tradisional mampu bertahan di tengah modernisasi.
Editor: Siti Anisatusshalihah
Konten telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi.