Bantentv.com – Kabar duka menyelimuti dunia musik Indonesia dengan wafatnya Yunita Ababiel, penyanyi legendaris yang menapaki karier panjang dari musik pop hingga dangdut. Lahir dengan nama Yuyun Nabiel di Bandung, 17 Januari 1965.
Yunita dikenal sebagai sosok serba bisa yang berhasil menyeberangi dua dunia musik yang berbeda dan berjaya di keduanya.
Kariernya dimulai pada akhir 1970-an, saat masih menggunakan nama panggung Jujun N. Bakatnya ditemukan langsung oleh maestro musik A. Riyanto, yang kemudian mengajaknya bergabung bersama Pompy.
Dalam formasi tersebut, Yunita merilis 12 album pop antara tahun 1979 hingga 1990, menempatkan dirinya sebagai salah satu penyanyi muda berbakat era itu.
Baca juga: Penyanyi Dangdut Legendaris Yunita Ababiel Tutup Usia Setelah Lawan Kanker
Selama fase ini, ia sempat dikenal pula dengan nama Yuyun Nabiela dan Yunita Irani, meski nama Jujun N. tetap melekat di benak pencinta musik pop klasik Indonesia.
Transformasi besar terjadi ketika Yunita memutuskan untuk berpindah haluan ke jalur musik dangdut.
Perubahan ini ditandai dengan peluncuran album “Pertengkaran” pada tahun 1997, yang sekaligus memperkenalkan nama barunya, Yunita Ababiel.
Album ini menjadi tonggak baru dalam kariernya dan memperlihatkan fleksibilitas musikalitas seorang penyanyi lintas genre.
Yunita Ababiel meraih puncak popularitas melalui album keduanya, Trauma, yang dirilis pada tahun 1999.
Lagu utama dalam album tersebut menjadi hits besar dan secara signifikan mengukuhkan nama Yunita di panggung musik Indonesia.
Seiring perjalanan spiritualnya, Yunita kemudian memilih untuk berhijab dan beralih fokus pada genre musik bernuansa religi.
Setelah mengenakan hijab, ia lebih banyak membawakan lagu-lagu qasidah yang mencerminkan nilai-nilai keislaman dan ketenangan batin.
Kepergian Yunita Ababiel di usia 60 tahun menjadi kehilangan besar bagi industri musik Indonesia.
Ia bukan hanya simbol perjalanan lintas genre, tetapi juga bukti bahwa bakat, ketekunan, dan keberanian berevolusi adalah kunci dari perjalanan panjang seorang seniman sejati.
Editor: AF Setiawan