Bantentv.com – Menjadi calon pengantin termasuk dambaan bagi banyak insan di muka bumi ini. Peralihan status dari single atau jomblo menuju status menikah merupakan hal yang perlu dipersiapkan.
Calon pengantin (catin) perlu melakukan berbagai persiapan matang, bukan hanya untuk masa pernikahannya melainkan juga untuk kesiapan kehidupan setelah menikah.
Ini juga yang dianjurkan oleh pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian kesehatan agar calon pengantin atau pasangan muda kelak menjadi orang tua yang diharapkan, misal dengan melahirkan anak yang sehat dan mendukung tumbuh kembangnya.
Dijelaskan salah seorang Bidan di Serang, Banten, yang juga pemilik Aya Klinik, Bidan Hayati Nufus atau yang biasa disapa Bidan Aya, sebetulnya persiapan pra nikah idealnya disiapkan sejak lama, bukan sesaat sebelum menikah atau malah dilakukan setelah menikah.
Pemenuhan pola hidup sehat dan seimbang perlu dilakukan sejak awal kehidupan untuk mendapatkan kondisi yang baik saat bereproduksi nantinya.
“Jika tidak seideal itu, paling tidak mulailah sejak perempuan atau laki-laki mulai baligh yang menandakan fungsi reproduksi mulai berkembang ke part berikutnya. Nah di sini harusnya mulai dipersiapkan supaya nanti saat menikah fisik dan mental lebih siap,” tutur Bidan Aya.
“Atau jika baru mengetahuinya setelah membaca ini maka segeralah lakukan persiapan itu sekarang juga,” ujar Bidan Aya sembari melemparkan senyum.
Calon pengantin atau pasangan suami istri perlu memperhatikan kondisi tubuhnya dengan serius, karena untuk hamil perlu tubuh yang sehat dengan fungsi reproduksi yang baik. Kondisi ini harus dimiliki oleh kedua belah pihak, baik laki-laki maupun perempuan.
Persiapan fisik pra-nikah bagi laki-laki :
- Lakukan pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, golongan darah+rhesus, hepatitis B, sifilis, HIV, pemeriksaan sperma (jika diperlukan)
- Pemeriksaan penunjang lain sesuai kebutuhan, akan diarahkan oleh dokter
- Jalankan pola hidup sehat, dengan tidur malam selama 7-9 jam tiap hari, makan menu gizi seimbang, menghindari junk food, tetap menjaga stabilitas Berat badan, minum air putih yang cukup minimal 2-3 liter per hari, dan lakukan olahraga rutin.
Persiapan fisik pra-nikah bagi perempuan :
- Lakukan pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan labotatorium: hemoglobin, golongan darah + rhesus, hepatitis B, sifilis, HIV, Toxoplasmosis, Rubella, Herpes simplex
- Pemeriksaan USG alat reproduksi wanita bagian dalam
- Pemeriksaan penunjang lain sesuai kebutuhan, akan diarahkan oleh dokter
- Vaksinasi: Tetanus Difteri (TD) istilah lain disebut imunisasi Catin, hepatitis B, Human Papiloma Virus (HPV) yang berfungsi untuk mencegah kanker serviks, dan vaksinasi rubella (jika belum pernah)
- Jalankan pola hidup sehat: dengan tidur 7-9 jam setiap malam, makan menu gizi seimbang, hindari junk food dan makanan manis berlebihan, tetap menjaga stabilitas berat badan, minum air putih cukup minimal 2-3 liter perhari, ruitn berolahraga.
Masih dalam pemaparan Bidan Aya, “usia aman hamil menurut WHO adalah 20 hingga 35 tahun. Dengan begitu, kamu bisa merencanakan kapan waktu yang tepat untuk hamil dan persalinan. Akan tetapi, kesiapan setiap orang berbeda-beda, ada yang memilih segera hamil setelah menikah, ada pula yang memilih menunda. Tak mengapa, asal kamu tahu cara mengaturnya dan sesuai dengan referensi medis supaya tidak ada efek buruk di kemudian hari.
Misal untuk menunda kamu mungkin butuh alat kontrasepsi beberapa waktu sampai kamu siap. Jangan ragu konsultasikan diri ke dokter atau bidan, pilihlah alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tubuh kamu.
Meski begitu tidak semua orang baik untuk menunda kehamilan. Orang-orang dengan masalah seperti PCOS, endometriosis, dan beberapa gangguan lainnya, terkadang direkomendasikan untuk tidak menunda kehamilan setelah menikah. Berkonsultasilah lebih lanjut dengan dokter jika kamu mengalaminya.
Selain melaukan persiapan fisik bagi kedua calon pengantin, persiapan mental pun amat dibutuhkan. Beberapa hal yang perlu dilakukan:
Mengenali diri sendiri
Penting bagi kedua calon pengantin untuk mengenali diri sendiri dengan bertanya pada diri sendiri apa kebutuhan emosional kamu dalam hubungan? apakah kamu tipe yang dominan atau butuh ruang? Atau apa pola komunikasi kamu saat marah atau kecewa?
Hal ini bertujuan untuk kita mengetahui cara adaptasi dalam hubungan dua kepala yang berbeda. Jangan sampai membawa luka lama ke hubungan baru di pernikahan.
Mengevaluasi Alasan Menikah
Penting juga untuk kembali mengevaluasi apa alasan menikah. Ini untu menguatkan kembali di kehidupan setelah menikah nanti. Apakah menikah karena cinta, ibadah, atau tekanan sosial? Apakah kamu siap berkomitmen seumur hidup bahkan saat rasa ‘jatuh cinta’ itu luntur?
Tujuan mengeavaluasi alasan menikah agar catin menikah bukan kareno FOMO semata, bukan karena usia juga bukan karena paksaan.
Belajar Komunikasi Sehat
Belajarlah untuk bagaimana cara menyampaikan perasaan tanpa menyalahkan, ini akan sangat bisa terjadi setelah menikah karena komunikasi dua arah dengan pasangan akan sering terjadi. Kemudian mulailah juga belajar mendengarkan tanpa buru-buru membela diri, dan tentu lakukan sesering mungkin diskusi yang sehat bersama pasangan seperti terkait uang, keluarga, seks dan masa depan.
Hal tersebut bertujuan karena pernikahan itu bukan melulu soal romantis saja, akan tetapi juga soal menyelesaikan masalah bersama dalam jangka waktu yang panjang.
Bekal Emosional
Kelola stres, cemuru, kecewa, dan ekspektasi. Selain itu juga jangan lupa kamu harus punya support system seperti sahabat, mentor, atau orang tua. Kemudian kamu pun harus siap menghadapi kemungkinan gagal bagi secara finansial, infertilitas, konflik mertua, dan lain-lain. Tujuannya agar kamu tidak mudah goyah ketika pernikahanmy nanti diuji.
Visi dan Nilai Hidup
Sebagai calon pengantin tentu harus punya arah hidup yang selaras dengan pasangan. Terbukalah untuk membahas tentang anak, karier, agama, dan gaya hidup. Ini tentu saja bertujuan agar kamu tidak kaget bahwa setelah menikah, bisa saja akan banyak perbedaan prinsip dengan pasangan.
Nah, jika sudah melakukan berbagai persiapan diri baik fisik maupun mental, sebagai perempuan penting juga untuk mengenali kesiapan diri menjadi seorang ibu.
Ciri-ciri seseorang sudah lebih siap menjadi seorang ibu:
- Bisa mengelola marah, stres, kecewa tanpa melampiaskan kepada orang lain
- Ingin punya anak karena cinta dan tanggung jawab, bukan karena tekanan, tuntutan atau ketertarikan akibat lingkungan semata.
- Terjalin komunikasi yang sehat dengan pasangan
- Tahu pola pengasuhan yang ingin dihindari/dilanjutkan
- Siap menghadapi perubahan hidup (aktifitas, pekerjaan, identitas)
- Tidak gengsi belajar dan minta bantuan.
Nah dengan penjabaran tersebut, kini kita telah memahami hal apa saja yang harus dipersiapkan sebelum menikah agar ke depannya baik suami maupun istri lebih siap secara kesehatan fisik maupun mental.
Lilik HN