Selasa, Oktober 14, 2025
BerandaGaya HidupBudaya Konsumtif di Bulan Ramadan Pengaruhi Stabilitas Harga

Budaya Konsumtif di Bulan Ramadan Pengaruhi Stabilitas Harga

Saluran WhatsApp

Bantentv.com – Meski harga kebutuhan pokok tinggi setiap menjelang puasa dan lebaran, namun tak dapat dipungkiri daya beli masyarakat juga tinggi jelang Ramadan dan lebaran khususnya Idul Fitri.

Masyarakat pun menjadi lebih konsumtif karena didorong oleh beberapa faktor, di antaranya adalah momen penting dan istimewa seperti Hari Besar keagamaan merupakan faktor yang mendorong masyarakat lebih konsumtif dalam membeli keperluan sembako dan lain sebagainya.

Menurut Pengamat Ekonomi dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Hadi Sutjipto, jika diamati dari kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan jelang hari besar keagamaan merupakan siklus tahunan yang pasti terjadi, karena permintaan lebih tinggi dari penawaran.

Hadi menerangkan, masyarakat dikatakan mengalami budaya konsumtif di saat bulan puasa, karena yang seharusnya mengurangi atau menghemat pengeluaran justru mendorong masyarakat lebih boros, hal inilah yang mempengaruhi kenaikan harga kebutuhan pokok yang terjadi saat ini.

“Puasa pada hakikatnya secara spiritual adalah menahan lapar dan dahaga, melawan hawa nafsu, sedangkan secara psikologi adalah mengubah pola makan yang tadinya tiga kali sehari yakni pagi, siang, malam, menjadi dua kali sehari saat buka dan sahur. Maka secara ekonomi harusnya justru mengalami pengurangan pola makan, artinya menghemat konsumsi pengeluaran masyarakat harusnya kan gitu, tapi yang terjadi justru sebaliknya, tingkat konsumsi ini semakin meningkat,” Terang Hadi melalui pesan singkat WhatsApp, Minggu 2 Maret 2025.

Hadi melanjutkan, dengan tingginya budaya konsumtif masyarakat, hal inilah yang mendorong kenaikan harga sembako sehingga mengalami inflasi, yakni permintaan lebih tinggi dari pada penawaran.

“Justru ini yang mendorong kenaikan harga sembako yang disebut sebagai inflasi tadi ya, bisa dikatakan permintaan melebihi penawaran,” lanjutnya.

Di sisi lain, karena harga bahan pokok naik, seperti di pasar hampir semua mengalami kenaikan, maka hal tersebut dianggap pemerintah sebagai siklus tahunan yang wajar, meski pemerintah juga mengambil kebijakan seperti membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dengan menggelar operasi pasar murah, dan lain sebagainya.

“Kalau saya lihat bagaimana di pasar harga cabe, bawang semuanya nyaris naik, dan ini yang dianggap pemerintah sebagai siklus tahunan, bahkan dianggap sebagai suatu kewajaran meski ya dengan kebijakan bagaimana pemerintah apalagi dengan adanya sekarang Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) bisa menduga itu dapat terjadi, ya paling yang dilakukan adalah operasi pasar dan sebagainya atau pengendalian kebijakan-kebijakan lainnya”, sambung Hadi.

Faktor lainnya yang mempengaruhi masyarakat menjadi konsumtif dari biasanya adalah karena bulan Ramadan merupakan bulan istimewa, sehingga mendorong masyarakat untuk membeli makanan dan minuman yang juga Istimewa.

“Karena bulan Ramadan adalah bulan spesial, jadi ya mereka juga beranggapan harus berbuka dengan makanan yang spesial juga, yang biasa ga ada jadi diada-adakan, contoh ada kurma, ada kolak, jus, gorengan dan lainnya yang dianggap spesial. Padahal kan kalau kita berbuka saja dengan makanan seadanya untuk sekedar berbuka kan apa yang disunahkan Rasul juga sebenarnya sudah cukup ya, tapi ya itu tadi kembali pada kebiasaan,” Ujar Hadi.

Selain Ramadan, Akademisi Untirta ini juga menyebut, tradisi konsumtif juga terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri.

“Jelang lebaran ini kan tentu ada tradisi hidangan istimewa, baju baru, sepatu baru, perhiasan baru, mobil baru bahkan tak sedikit harus menyicil atau menyewa, ini kan jadi budaya masyarakat sekarang ya, orang-orang yang pulang ke kampung dengan gaya hidupnya seolah-olah sudah sukses dengan cara pinjam dan lain sebagainya ya, tapi itu kan balik lagi ke pilihan mereka begitu ya,” kata Hadi.

Anggota ISEI Serang ini juga mengatakan, Ramadan seharusnya diisi dengan kegiatan ibadah seperti beritikaf, namun justru yang terjadi saat penghujung Ramadan adalah ramainya toko-toko seperti mall saat menjelang Idul Fitri.

“Budaya ini justru akan terlihat yang seharusnya perbanyak di masjid, yang ramai justru mall-mall. Jadi hasrat konsumsi ini tidak terlepas dari bagaimana media terutama iklan-iklan di bulan Ramadan dan Idul Fitri ini menawarkan diskon yang menarik bagi masyarakat untuk membelinya,” ucapnya.

Ia berharap, hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan substansi ibadah, jangan sampai mengganggu sehingga menjadi manusia konsumtif, sebab hal inilah yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk mempromosikan produknya.

“Sebagai kaum muslimin menghadapi fenomena konsumtif ini seperti apa, tentu Ramadan ini mengajarkan kita bagaimana memiliki budaya konsumtif yang sederhana dan pengendalian terhadap keinginan dan tidak berlebih-lebihan, karena Islam tentu tidak mengajarkan tentang berlebih-lebihan,” Pungkasnya.

TERKAIT
- Advertisment -