Bantentv.com – Pria asal China yang dikenal sebagai ‘Sister Hong’ atau ‘Uncle Red’ tengah menggegerkan dunia.
Bagaimana tidak, pria paruh baya itu menyamar sebagai perempuan untuk menipu korbannya.
Nama asli Sister Hong adalah Jiao. Seorang pria berprofesi sebagai live streamer dan dalam live-nya ia melancarkan aksinya dengan berpura-pura menjadi seorang wanita janda kesepian yang butuh perhatian dan kasih sayang.
Setelah berkomunikasi melalui livenya, para korban datang ke rumahnya lalu melakukan perbuatan tidak senonoh.
Sister Hong menaruh kamera tersembunyi untuk merekam sepanjang aksinya dengan para korban.
Tentu, hal ini tidak diketahui oleh setiap korban yang datang. Hasil video-video yang ia dapatkan dikabarkan dikomersilkan melalui situs pribadi dan situs gelap (dark web).
Baca juga : Museum Bruce Lee Sang Legenda di Hong Kong Ditutup? Ini Penjelasannya
Berdasarkan hasil konferensi pers, pihak kepolisian mengoreksi jumlah korban yang beredar sebanyak lebih dari 1.600 orang adalah tidak benar.
Dikabarkan, Sister Hong hanya berhasil menggaet 237 orang yang semua korbannya berjenis kelamin laki-laki.
Sebagian besar korbannya memiliki paras yang tampan, serta memiliki pasangan dan pekerjaan tetap.
Di antaranya ratusan korbannya itu terdapat 11 orang terjangkit HIV.
Dalam hukum di China, menyebarkan HIV adalah kejahatan yang sangat serius dan dapat dipenjara selama 3-10 tahun bahkan seumur hidup atau hukuman mati.
Melihat dari upaya penyamaran yang sangat minimalis, dengan hanya memakai rambut palsu (wig) dan riasan wajah seadanya membuat banyak perdebatan di media sosial.
Pasalnya banyak orang di media sosial yang mempertanyakan apa yang membuat Sister Hong disukai sebegitunya oleh para korban.
Dalam percakapannya dengan para korban, Sister Hong tidak pernah meminta uang kepada korbannya melainkan meminta dibawakan barang-barang tertentu, mulai dari dari buah, minyak goreng, makanan dan minuman.
Pada akhir Juni 2025 lalu, ada seseorang yang menemukan video-video yang diunggah Sister Hong serta menemukan dirinya dalam beberapa video tersebut.
Beberapa anggota keluarga korban pun turut menemukan suami atau pasangannya dalam video tersebut.
Akhirnya pada tanggal 5 Juli 2025, Sister Hong ditangkap atas tuduhan penyebaran video tak senonoh, pelanggaran privasi, serta hak citra individu.
Sisi Psikologis
Karena kasusnya yang menuai kontroversi, banyak psikolog dan psikiater yang turut membahas kasus ini dari sisi kesehatan mental.
Ia membangun fake persona di media sosial karena ia mengerti bahwa persona merupakan suatu kekuatan dan perilaku quirky (memikat) dapat memengaruhi pikiran sehingga korban tidak berpikir secara logika.
Melansir dari pemilik akun @hairomaaa pada platform TikTok, sister hong memiliki Kharisma yang tidak main-main.
Setidaknya terdapat 3 aspek yang ia terapkan kepada setiap korbannya.
- Kehadiran
Dalam setiap video yang beredar di internet, Sister Hong selalu hadir dalam percakapan dengan para korbannya.
- Hangat
Sister Hong memperlakukan setiap korbannya dengan Gerakan tubuh (gesture) yang sangat hangat layaknya seorang wanita yang lemah lembut.
- Kekuatan aura
Cara Sister Hong berbicara dengan para korbannya memperlihatkan aura positif yang begitu kuat.
Menurut pemilik akun @ainiherawatii pada platform TikTok yang berprofesi sebagai psikolog mengatakan bahwa fenomena sister hong mencerminkan manipulasi identitas digital yang sangat ekstrem.
Dalam psikologi disebut dengan catfishing, dimana pelaku mengeksploitasi kepercayaan demi kepuasan pribadi atau keuntungan finansial.
Sedangkan, pemilik akun @dr.zulvia.syarif.spkj pada platform TikTok yang berprofesi sebagai psikiater.
Dalam videonya, ia membahas mengenai cara mengatasi rasa kesepian.
Ia menganggap kasus Sister Hong ini terjadi karena banyaknya laki-laki yang merasakan kesepian lalu melampiaskan dengan cara yang menyimpang bahkan merugikan dirinya sendiri.
Sister Hong dengan sengaja membangun fake persona yang karismatik dan hangat untuk memanipulasi para korbannya secara emosional.
Dari kasus ini, terlihat dampak yang cukup serius dari rasa kesepian yang dialami banyak pria.
Hal ini juga dapat membuat mereka rentan akan manipulasi dan penyimpangan seksual.
Oleh karena itu, fenomena ini memperlihatkan bahwa pemahaman dan penanganan kesehatan mental penting untuk dilakukan, terutama terkait kesepian dan kebutuhan emosional.
Konten telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi.
Editor: Lilik HN