Bantentv.com – Belum banyak orang mengetahui kata “Gantarawang”. Namun berbeda dengan para orang tua di Banten zaman dulu. Mereka sering mengucapkan kata tersebut yang tujuannya untuk menakut-nakuti anak kecil, karena sebutan nama itu merupakan salah satu tempat yang paling angker di Banten.
Gantarawang adalah suatu tempat yang terletak di Caringin Pasir, Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang yang merupakan lahan kosong penuh ilalang dan semak-semak. Tidak boleh menyebut hal-hal yang negatif di tempat tersebut. Bahkan bagi masyarakat yang mempercayainya, menyebut kata “Gantarawang” adalah suatu hal yang pamali.
Masyarakat setempat mengenal Gantarawang adalah tempat yang seram dan angker di wilayahnya. Konon, Gantarawang merupakan suatu kerajaan gaib yang dipenuhi oleh makhluk ghaib sebangsa siluman. Bagi yang bisa melihat makhluk ghaib, tempat itu tampak ramai seperti di kehidupan nyata manusia. Mirip seperti Kota Saranjana yang sedang viral belakangan ini.
Banyak mitos yang mengatakan, jika seseorang sudah memasuki kerajaan ghaib di Gantarawang, mereka akan sulit untuk kembali pulang, hanya orang beruntung yang bisa kembali pulang dengan selamat. Namun tidak sedikit pula mereka yang berhasil pulang, sering mengalami kesurupan.
Banyak kisah tentang pengalaman mereka yang sudah pernah tersesat ke kerajaan ghaib Gantarawang. Mereka yang melewati kawasan Gantarawang dikabarkan banyak yang tiba-tiba menghilang. Kesaksian yang beraneka ragam pun dituturkan orang-orang yang menghilang di tempat tersebut.
Adapun cerita tentang seseorang penggembala kambing di Gantarawang yang tiba-tiba menghilang saat melintas di sana. Keluarganya pun sibuk mencari keberadaannya. Akhirnya, tiba-tiba ia muncul lagi setelah 40 hari. Kemudian ia bercerita, ketika sedang menggembala kambing, ia diajak oleh makhluk ghaib untuk menaiki kereta yang sangat indah dan dibawa menuju ke kerajaan ghaib tersebut.
Ada pula peristiwa yang menimpa seorang pedagang makanan. Ia terjebak di suatu hajatan di kerajaan ghaib Gantarawang, pedagang itu tiba-tiba masuk dan kemudian berdagang di tontonan wayang golek di sana. Tak lama kemudian uang pun terkumpul banyak karena barang dagangannya habis terjual. Namun saat sang pedagang akan menghitungnya, uang tersebut sudah berubah menjadi dedaunan.(clayrine/red)