Sabtu, Oktober 4, 2025
BerandaBeritaReforma Agraria Dorong Generasi Muda Pandeglang Ubah Anyaman Tradisional Jadi Produk Kreatif...

Reforma Agraria Dorong Generasi Muda Pandeglang Ubah Anyaman Tradisional Jadi Produk Kreatif Bernilai Ekonomi

Saluran WhatsApp

Bantentv.com – Reforma Agraria bukan sekadar memberikan kepastian hukum atas tanah, tetapi juga membuka jalan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Hal itu nyata terlihat di Desa Bandung, Kabupaten Pandeglang, di mana generasi muda menjadi motor penggerak dalam pengelolaan Desa Wisata Bukit Sinyonya.

Desa wisata ini bahkan dinobatkan sebagai salah satu Kampung Reforma Agraria terbaik pada Januari 2025, berkat komitmen masyarakat dalam mengelola potensi lokal secara produktif dan berkelanjutan.

Asep Adam (25), pengelola Bukit Sinyonya, menjelaskan bahwa potensi desa sebenarnya sudah ada sejak lama.

Namun, pengembangan baru benar-benar berjalan ketika program Reforma Agraria hadir dan mendorong pemberdayaan masyarakat.

Baca Juga: Desa Bandung Pandeglang Raih Predikat Kampung Reforma Agraria Terbaik 2025

“Potensinya ada, tapi tanpa kemasan yang baik tidak ada keberlanjutan. Dulu hanya ibu-ibu yang menganyam, sekarang anak muda ikut terlibat. Dengan adanya desa wisata, ada regenerasi,” jelas Asep saat ditemui di Bukit Sinyonya, Senin, 22 September 2025.

Sejak ditetapkan sebagai Kampung Reforma Agraria pada 2023, kreativitas generasi muda makin berkembang.

Inovasi Kerajinan Lokal jadi Peluang Ekonomi Baru

Tas anyaman bambu hasil pengrajin di desa Bandung, Pandeglang.
Tas anyaman bambu hasil pengrajin di desa Bandung, Pandeglang.

Produk anyaman pandan yang dulunya sebatas tas sederhana kini bertransformasi menjadi sepatu hingga tas kekinian dengan nilai jual lebih tinggi.

“Anak-anak muda sekarang dilatih, lalu punya inisiatif membuat produk lebih bervariasi. Kreativitas meningkat, nilai jual juga ikut naik,” ujar Asep, yang tengah menempuh studi Pariwisata di Universitas Terbuka Serang.

Selain inovasi produk, para pengrajin kini berperan ganda. Tidak hanya memproduksi, mereka juga menjadi instruktur yang mengajarkan keterampilan menganyam kepada masyarakat maupun wisatawan.

Ani (52), salah satu pengrajin, merasakan langsung dampak program ini. Sejak kecil ia sudah terbiasa menganyam, namun kini hasil karyanya mampu meningkatkan taraf hidup keluarga.

“Dulu kerjaan kami hanya dari hutan ke rumah, menganyam, tanpa tahu banyak hal. Sekarang dari hasil anyaman, saya bisa membeli kebutuhan rumah tangga bahkan membantu biaya kuliah anak,” ungkap Ani.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Reforma Agraria di Desa Bandung bukan hanya soal kepemilikan tanah, tetapi juga pengelolaan sumber daya yang ada di atasnya.

Masyarakat kini aktif berkolaborasi dengan universitas, sektor swasta, dan pemerintah daerah untuk mengembangkan wisata sekaligus melestarikan kearifan lokal.

Editor AF Setiawan
TERKAIT
- Advertisment -