Pandeglang, Bantentv.com – Berawal dari kelompok kecil penggemar bonsai, BOPAK (Bonsai Pandeglang Kota) kini tumbuh menjadi organisasi solid di Sukaratu, Majasari.
Mereka rutin menggelar pertemuan, lokakarya, pameran, hingga kontes bonsai yang menarik perhatian masyarakat luas.
Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas bonsai lokal, tetapi juga memperkenalkan seni bonsai kepada generasi baru.
Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Kabupaten Pandeglang menjadikan pembinaan anggota, terutama pemula, sebagai fokus utama.
Ketua PPBI Pandeglang, Fajar Setiawan, menegaskan bahwa bonsai bukanlah hobi mahal dan eksklusif.
Baca Juga: Panen Raya Jagung di Pandeglang, Wujud Komitmen Menuju Swasembada Pangan
“Kami ingin mengubah stigma bahwa bonsai itu sulit dan mahal. Di komunitas ini, siapa pun bisa belajar dari nol,” kata Fajar.
Perkembangan komunitas bonsai Pandeglang membuktikan seni dapat melampaui batas, sekaligus membuka peluang ekonomi kreatif.
Melalui komunitas ini, karya bonsai asal Pandeglang mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional dengan nilai ekonomi tinggi.
Fajar berharap seni bonsai bisa meningkatkan ekonomi kreatif sekaligus memperkuat posisi Pandeglang di dunia seni bonsai.
“Kami ingin karya bonsai tidak hanya jadi kebanggaan daerah, tetapi juga mampu mendatangkan nilai ekonomi nyata,” tambahnya.
Dukungan juga datang dari pemerintah daerah. Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pandeglang, Wahyu Widayanti, menyebut potensi ini sangat besar.
“Indonesia kaya tanaman, termasuk di Pandeglang. Tidak semua bisa dibonsai, tetapi komunitas ini mempermudah pencarian bahan,” ujarnya.
Ia menegaskan, ke depan PPBI dan BOPAK diharapkan bisa berkolaborasi dengan Pemkab Pandeglang dalam mengembangkan ekonomi kreatif.
“Kami berharap seni bonsai dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjadi daya tarik wisata Pandeglang,” ungkapnya.
Dengan semangat kebersamaan, komunitas bonsai Pandeglang tidak hanya menumbuhkan pohon kerdil, tetapi juga kreativitas dan talenta seni baru.
Editor: Siti Anisatusshalihah