Pandeglang, Bantentv.com – Sepasang kakek nenek di Kabupaten Pandeglang harus berjuang merawat anaknya yang tengah mengalami kelumpuhan akibat penyakit yang dideritanya.
Sepasang kakek dan nenek yakni Ela Nurlaela dan Junaedi warga kampung Cipunten Agung, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang harus menghadapi kenyataan pahit merawat anak ketiganya Ade Budiman 27 tahun yang sudah sejak setahun setengah terbaring di tempat tidur akibat menderita kelumpuhan.
Kisah mereka adalah cerminan ketabahan di tengah badai himpitan ekonomi yang tak berkesudahan.
Ade divonis lumpuh sejak usia muda akibat penyakit syaraf terjepit. Sejak saat itu seluruh hidupnya bergantung sepenuhnya pada kedua orang tuanya. Padahal sebelum sakit, Ade merupakan tulang punggung keluarga. Ia sebelumnya bekerja di Bangka Belitung sebagai cleaning service.
“Saya lumpuh udah lama sejak divonis saraf kejepit. Dulunya saya kerja cleaning service di Bangka Belitung,” cerita Ade.
Namun kedua orang tuanya Ela Nurlaela dan Junaedi tak pernah menyerah. Dengan tubuh yang ringkih dan tenaga yang semakin menipis, mereka bahu-membahu merawat Ade.
Keterbatasan ekonomi menjadi tantangan terbesar bagi keluarga ini. Junaedi yang di kampungnya sebagai marbot, sebelumnya juga bekerja sebagai penjual minyak wangi keliling di Pasar Labuan, kini ia tak lagi sanggup mencari nafkah secara rutin akibat kondisi kesehatannya yang menurun.
Rumah kontrakan yang di sewanya sejak 14 tahun ini pun terpaksa menunggak 1 tahun karena Junaedi sudah lagi tak bekerja. Sementara sang istri pun yang sebelumnya berjualan jajanan di teras depan rumahnya harus tutup karena harus fokus mengurus anaknya yang terbaring sakit.
Penghasilan yang tidak menentu ini jelas jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi untuk biaya pengobatan dan kebutuhan khusus anak tercintanya.
“Penghasilan enggak tentu, kadang ada, kadang enggak ada, ya paling juga cukup buat menuhi kebutuhan sehari-hari aja,” ujar Junaedi.
Saat ini untuk kebutuhan makan sehari-hari mereka hanya mengandalkan pemberian dari tetangga bahkan tak jarang mereka harus berpuasa. Mereka berharap ada uluran tangan dari pihak manapun baik pemerintah maupun masyarakat luas yang busa meringankan beban mereka.
Kisah Kakek Junaedi dan Nenek Ela adalah pengingat bahwa di balik gemerlap pembangunan, masih banyak jiwa-jiwa renta yang berjuang dalam kesunyian. Mereka berharap ada tangan-tangan dermawan yang peduli nasib mereka yang sedang membutuhkan perhatian.
Lilik HN