Lebak, Bantentv.com – Pasangan suami istri (pasutri) renta bersama dua anaknya asal Kampung Pasir Ipis, Desa Kaduagung Barat, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, terpaksa harus tinggal di rumah reyot selama hampir dua dekade.
Bangunan sederhana itu tampak lebih mirip gubuk rapuh ketimbang rumah layak huni. Atapnya bocor di berbagai sudut dan dindingnya sudah lapuk dimakan usia.
Tiang penyangga yang keropos terpaksa ditopang kayu seadanya agar tidak roboh. Meski begitu, rumah tersebut tetap terasa tidak aman untuk ditempati.
Setiap hari, keluarga itu hidup dengan kekhawatiran akan bahaya yang mengintai.
Jika hujan turun, keluarga itu hidup dalam kecemasan dan rasa was-was akan tertimpa reruntuhan.
Mereka hanya bisa bertahan di tengah keterbatasan sambil berharap ada bantuan yang datang untuk memperbaiki tempat tinggal mereka.

“Kalau hujan atau angin kencang, kami harus mengungsi ke rumah tetangga atau rumah RT. Takut ketimpa reruntuhan, Pak,” kata Saniti.
Saniti, juga menjelaskan hidup dalam rumah seperti itu bukan hanya menimbulkan rasa takut, tetapi juga kesedihan batin yang tak pernah usai.
“Sangat sedih, bukan bohong-bohongan. Rasanya hati hancur, tapi mau bagaimana lagi,” ucapnya sambil sesekali menyeka air mata.
Sementara sang suami, Juned, mengaku ingin sekali membangun rumahnya. Namun, dirinya sudah lama tak bekerja akibat sakit dan usia yang menua.
“Istri hanya sesekali bekerja sebagai buruh tani di sawah orang dengan upah tak seberapa. Jangankan untuk memperbaiki rumah, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sering kali kelabakan,” ungkapnya.
Pasutri ini berharap ada perhatian dari pemerintah maupun pihak dermawan untuk membantu dirinya dan keluarganya.