Minggu, Juni 1, 2025
BerandaBeritaKemenag Siapkan Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H pada 29 Maret 2025

Kemenag Siapkan Sidang Isbat Awal Syawal 1446 H pada 29 Maret 2025

Bantentv.com – Kementerian Agama (Kemenag) akan mengadakan sidang penetapan (isbat) untuk menentukan awal Syawal 1446 H pada tanggal 29 Ramadan, yang jatuh pada 29 Maret 2025.

Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam), Abu Rokhmad, saat memimpin rapat persiapan sidang isbat di kantor pusat Kemenag di Jakarta pada Selasa, 18 Maret 2024.

Abu Rokhmad menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, sidang isbat yang digelar Kemenag untuk menentukan awal Syawal akan digelar pada tanggal 29 Ramadan.

“Sidang isbat biasanya digelar pada 29 Syakban untuk menentukan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk awal Zulhijjah,” ujar Abu Rokhmad dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 18 Maret 2025.

Baca juga: Hasil Sidang Isbat : Kemenag Tetapkan 1 Maret 2025 Jadi Awal Ramadan 1446 H

Metode Hisab dan Rukyat untuk Penetapan Awal Syawal

Menurut Abu Rokhmad, penetapan awal Syawal ini akan dilakukan Kemenag berdasarkan dua metode, yakni hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan langsung). ini adalah bagian dari implementasi ajaran Islam yang selaras dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 2 Tahun 2024 mengenai penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.

Fatwa tersebut menyatakan bahwa penetapan tanggal-tanggal penting dalam kalender Islam harus dilakukan melalui metode hisab dan rukyat oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama, dan berlaku di seluruh Indonesia.

Berdasarkan data astronomi, konjungsi atau ijtimak akan terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB.

Ia juga menjelaskan, pada saat terbenamnya matahari, posisi hilal (bulan baru) akan berada pada minus tiga derajat di Papua dan minus satu derajat di Aceh. “Data ini nantinya kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” tegasnya.

Dua Dimensi Rukyatul Hilal

Abu Rokhmad menerangkan dalam sidang isbat ini, ada dua dimensi penting dalam pelaksanaan rukyat hilal dalam sidang isbat tersebut. Pertama, dimensi ta’abbudi atau ibadah.

Rukyat, menurutnya, merupakan sunnah Nabi Muhammad SAW yang telah dilakukan sejak zaman dahulu untuk menentukan awal bulan puasa dan Idul Fitri.

“Fatwa MUI juga menegaskan bahwa penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah harus berdasarkan kedua metode ini. Ini bagian dari syiar Islam yang sangat penting,” lanjutnya.

Kedua, dimensi pengetahuan. Rukyat merupakan konfirmasi atas hasil perhitungan astronomis yang telah dilakukan sebelumnya.

“Apa yang telah dihitung secara astronomi akan kami verifikasi langsung di lapangan melalui rukyat. Seperti penentuan awal Ramadan kita akan menggunakan alat-alat canggih” ujarnya.

Lokasi Rukyatul Hilal

Rencana pelaksanaan rukyatul hilal dalam sidang isbat ini akan dilakukan di 33 titik yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap provinsi akan memiliki satu titik rukyat, kecuali Bali.

“Di Bali, kami tidak akan melakukan rukyatul hilal karena saat itu bertepatan dengan perayaan Nyepi. Kami saling menghormati situasi di sana,” tambahnya.

Seminar dan Sidang Isbat

Proses sidang isbat akan dimulai dengan seminar tentang posisi hilal pada pukul 16.30 WIB hingga menjelang maghrib.

Seminar ini akan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, organisasi masyarakat Islam (ormas), serta perwakilan dari lembaga seperti LAPAN, BMKG, BRIN, dan Planetarium Bosscha.

Sidang isbat itu sendiri akan berlangsung secara tertutup pada pukul 18.45 WIB. Setelah sidang selesai, hasil keputusan akan diumumkan oleh Menteri Agama, Nasaruddin Umar, melalui konferensi pers.

Dengan demikian, Kemenag mempersiapkan seluruh aspek untuk memastikan penetapan awal Syawal 1446 H berjalan lancar, sesuai dengan ketentuan agama dan hasil verifikasi ilmiah yang akurat.

TERKAIT