Bantentv.com – Aktris Zaskia Adya Mecca membagikan pengalaman dramatisnya saat mengikuti aksi damai internasional Global March to Gaza yang berlangsung di Kairo, Mesir, sejak awal Juni 2025. Dalam unggahan Instagram pribadinya, Zaskia menceritakan bagaimana ketegangan mulai terasa begitu ia dan rombongan tiba di bandara Kairo.
Aksi ini sendiri merupakan bentuk solidaritas global untuk rakyat Palestina, yang puncaknya dijadwalkan berlangsung pada 15 Juni 2025 dalam bentuk long march sejauh 50 kilometer menuju Gerbang Rafah, perbatasan Mesir-Gaza. Namun, proses menuju aksi tersebut rupanya tak semulus yang dibayangkan.
Dalam narasinya, Zaskia mengungkap bahwa segala dokumen dan briefing sudah diberikan panitia dengan sangat jelas. Namun, risiko tinggi tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari aksi kemanusiaan ini.
“Semua dokumen, briefing dari panitia sangat clear, risiko apa pun ditanggung masing-masing. Ini adalah gerakan perdamaian dari seluruh dunia, tapi dengan risiko tinggi. Dan panitia masih terus dalam proses negosiasi dengan pemerintahan Mesir yang cukup alot,” tulis Zaskia di Instagram, Minggu 15 Juni 2025.
Baca juga: Global March to Gaza: Zaskia Mecca hingga Wanda Hamidah Ikut Suarakan Keadilan untuk Palestina
Setibanya di bandara Kairo, Zaskia menyaksikan langsung bagaimana peserta dari negara lain, khususnya Eropa, mengalami penahanan hingga deportasi. Namun ia dan rombongannya merasa bersyukur bisa melalui proses imigrasi dengan lancar.
“Ketika masuk Cairo, situasi memang terasa sangat berbeda. Di airport, aku melihat teman-teman dari negara lain dideportasi (terutama dari Eropa), baca grup long march sudah banyak aktivis yang ditangkap, ada yang ditahan, tapi juga ada yang dipulangkan,” lanjutnya.
Kendati demikian, menurut Zaskia proses imigrasi rombongannya tergolong lancar, tidak langsung dideportasi seperti kebanyakan peserta lain. Hanya saja setiba di hotel malam, suasananya sudah terasa tidak mengenakan.
“Ada polisi yang langsung mencatat semua paspor dan berbicara serius sambil melihat kami dengan staf hotel,” ungkapnya.
Polisi Mesir Sweeping Peserta Aksi di Hotel
Ketegangan memuncak ketika panitia menyampaikan bahwa negosiasi dengan otoritas Mesir gagal mencapai kesepakatan. Aksi long march dinyatakan ilegal, dan aparat berwenang diperbolehkan menangkap peserta.
“Lalu pagi hari keluar pernyataan panitia kalau kesepakatan tidak terjadi. Peserta long march dianggap ilegal dan polisi berhak menangkap para peserta,” tulis Zaskia.
Keesokan paginya, situasi berubah semakin mencekam. Polisi Mesir mendatangi hotel tempat rombongan Indonesia menginap dan membawa sejumlah peserta asing dengan mobil tahanan.
“Tapi situasi kami lebih sulit, seolah terkunci untuk bergerak, karena sekitar 20 polisi, intel, mobil polisi, bahkan mobil tahanan siap di depan bus, khusus disiapkan untuk kami ber-10,” cemasnya.
Aksi Global March to Gaza sendiri diikuti oleh ribuan orang dari lebih dari 50 negara. Meski begitu, ketatnya pengawasan dan penolakan otoritas Mesir membuat aksi ini penuh tantangan dan berisiko tinggi.
Hingga saat ini, belum ada kepastian apakah rombongan dari Indonesia akan diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke titik tujuan semula, atau harus kembali ke tanah air.