Bantentv.com – Belakangan ini, masyarakat di berbagai daerah Indonesia mengeluhkan suhu udara panas ekstrem. Siang hari membuat tubuh mudah berkeringat meski tidak banyak beraktivitas, sementara malam pun tetap gerah meski kipas angin terus berputar.
Di sejumlah wilayah seperti Serang, Semarang, dan Surabaya, suhu tercatat mencapai 32 hingga 35 derajat Celsius.
Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: apakah Indonesia sedang mengalami gelombang panas seperti di beberapa negara lain?
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia tidak sedang mengalami gelombang panas.
Cuaca terik ini merupakan fenomena tahunan alami yang biasa terjadi pada masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.
Baca Juga: Antisipasi Cuaca Panas, Damkar Semprotkan Air di Pelabuhan Ciwandan
BMKG menjelaskan bahwa penyebab utama meningkatnya suhu panas ekstrem adalah gerak semu matahari.
Saat ini, posisi matahari berada di sekitar wilayah selatan ekuator, sehingga sinar matahari jatuh lebih tegak lurus ke bagian tengah dan selatan Indonesia.
Akibatnya, radiasi matahari yang diterima permukaan bumi lebih besar, membuat udara terasa jauh lebih panas dari biasanya.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Kembali Erupsi! Kolom Abu Capai 10 Km dan Hujan Pasir Selimuti Flores Timur
Selain itu, minimnya tutupan awan juga memperparah kondisi panas. Awan berfungsi sebagai ‘payung alami’ yang menahan sebagian radiasi matahari. Ketika langit cerah tanpa awan, sinar matahari langsung menembus ke permukaan bumi tanpa hambatan.
BMKG menambahkan, kelembapan udara tinggi membuat tubuh sulit menguapkan keringat, sehingga suhu terasa lebih panas dari sebenarnya.
Ditambah angin yang berembus lemah, udara panas ekstrem tidak cepat menyebar dan akhirnya ‘terjebak’ di sekitar permukaan.
Tetap Waspadai Dampaknya
BMKG menegaskan, meski bukan fenomena ekstrem, kondisi ini tetap perlu diwaspadai.
Paparan sinar matahari langsung di tengah hari dapat menyebabkan dehidrasi, heat exhaustion, hingga sunburn.
Karena itu, masyarakat diimbau menghindari aktivitas luar ruangan antara pukul 10.00–15.00 WIB, serta menggunakan pelindung diri seperti topi, kacamata hitam, sunscreen, dan memperbanyak minum air putih.
BMKG memprediksi, cuaca panas ini masih akan berlangsung beberapa hari ke depan, terutama di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Namun, memasuki akhir Oktober hingga awal November, potensi hujan mulai meningkat, menandai berakhirnya masa peralihan dan turunnya suhu secara bertahap.
Editor: Erina Faiha