Kamis, November 20, 2025
BerandaFeaturedUlasanLebih Mudah Marah ke Keluarga Dibanding ke Teman, Ini Penjelasannya!

Lebih Mudah Marah ke Keluarga Dibanding ke Teman, Ini Penjelasannya!

Saluran WhatsApp

Bantentv.com – Marah merupakan emosi alami seseorang yang terjadi pasca menerima sesuatu yang tidak menyenangkan, atau dengan kata lain marah adalah sikap naluri dalam diri seseorang terhadap sesuatu yang bertolak belakang dengan dirinya.

Namun marah menjadi sikap yang tidak baki mana kala tidak dapat dikelola dengan baik, atau justru marah tidak pada tempatnya. Hal ini tentu akan memicu hakl-hal buruk.

Tak hanya itu, bagaimana jika kita mudah meluapkan marah terhadap orang lain yang justru lebih kita kenal seperti keluarga, daripada terhadap orang lain seperti teman atau kolega.

Jika demikian, mengapa ada orang yang mudah marah pada keluarga, sedangkan pada orang lain cenderung bersikap lembut dan baik?

Karakter mudah marah kepada keluarga bisa dibilang adanya hubungan yang sangat dekat, di mana rasa cinta bercampur dengan konflik dan kekecewaan yang sering terjadi.

Faktor lain termasuk ekspektasi tinggi yang tidak terpenuhi, rasa tidak didukung atau dikritik, trauma masa lalu, stres, dan perasaan bahwa tidak ada yang benar-benar memahami diri sendiri.

Perasaan lebih mudah marah ini muncul tanpa disadari oleh seseorang. Ketika bersama teman-temannya, seseorang bisa sangat sabar. Tapi saat bersama keluarga, mereka menjadi mudah emosional.

Contohnya saat seseorang membentak adiknya sendiri hanya karena hal kecil. Sementara jika temannya yang melakukan kesalahan yang sama, dia justru akan memberikan respons tertawa. Apakah ini menjukkan dua kepribadian? Menurut sejumlah psikolog tentu saja bukan.

Beberapa alasan seseorang mudah marah terhadap keluarga disbanding pada temannya:

  1. Adanya perasaan nyaman dengan keluarga

Salah satu penyebabnya adalah perasaan lebih nyaman bersama keluarga dibandingkan teman-temannya. Sehingga umumnya ketika seseorang bersama keluarganya, dia bisa menyampaikan perasaan asli dan apa adanya tersebut. Selain itu, seseorang umumnya merasa tidak akan ditinggalkan oleh keluarganya meski menunjukkan emosi aslinya.

Ketika seseorang bisa mengekspresikan emosi aslinya, seperti bahagia, marah, sedih, jijik, dan bingung, keluarganya akan menerimanya dengan baik. Sedangkan dengan temannya, seseorang perlu memperjuangkan hubungannya dengan baik agar tidak terputus. Dengan begitu, seseorang akan menimbang-nimbang emosinya apakah layak untuk diekspresikan atau tidak.

  1. Ada ekspektasi, cinta, dan benci

Seseorang biasanya memiliki ekspektasi tertentu kepada keluarganya. Misalnya seperti ketika seseorang mengajarkan pelajaran kepada adiknya. Maka kakaknya mempunyai ekspektasi bahwa adiknya harus cepat pintar. Sebaliknya, saat seseorang mengajari orang lain seperti menjadi guru les, tidak ada ada harapan tinggi tertentu.

  1. adanya perasaan cinta dan benci menjadi satu dalam hubungan keluarga.

Semakin besar rasa cinta terhadap keluarga karena adanya hubungan darah, maka perasaan benci juga semakin meningkat. Dengan keluarga, karena sering kali bertemu, maka gesekan yang memicu konflik pun bisa semakin sering terjadi.

  1. Keluarga terkadang menghakimi

Penyebab lainnya yakni adanya obrolan yang menghakimi dari keluarga. Perasaan marah bisa saja muncul ketika keluarga sering memberikan pertanyaan yang bersifat memojokkan. Hal ini memicu muncullah perasaan tidak nyaman yang kemudian diekspresikan dengan memberikan jawaban kurang ramah dan terkesan seperti marah.

Namun berbeda halnya jika bersama teman. Seseorang akan lebih bebas karena merasa tidak ada yang menghakimi mereka.

Lilik HN

TERKAIT
- Advertisment -