Bantentv.com – Usai #BoikotTrans7 menggema di media sosial imbas salah satu tayangan di stasiun televisi tersebut menuai kontroversi.
Dalam tayangan program acara Xpose Uncensore Trans7 itu menyoroti soal sisi gelap kehidupan santri di pondok pesantren.
Tayangan tersebut diduga melecehkan ulama sepuh Pondok Pesantren Lirboyo, KH. Anwar Manshur.
Salah satu narasi yang disoroti oleh publik adalah “Yang ngesok itulah yang ngasih amplop.” Mereka menilai kalimat tersebut dianggap mengandung sindiran terhadap kiai yang menerima pemberian dari santri atau masyarakat.
Potongan video tersebut viral di media sosial dan memicu kecaman dari berbagai kalangan, terutama di kalangan Nahdliyin.
Banyak warganet menilai itu tidak etis dan berpotensi menstigma hubungan santri dan guru agama sebagai hubungan transaksional.
Baca Juga: Tagar #BoikotTrans7 Menggema, Santri dan Warganet Protes Narasi yang Dianggap Lecehkan Kiai Lirboyo
Banyaknya kecaman dari publik, akhirnya pihak Trans7 menyampaikan permohonan maaf melalui akun Instagram dan X (Sebelumnya Twitter) resminya.
“Berkaitan dengan isi berita salah satu program di Trans7 yang menyangkut Pondok Pesantren Lirboyo. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Khususnya Kiai Haji Anwar Manshur beserta keluarga besar juga para pengasuh, para santri, dan alumni dari Pondok Pesantren Lirboyo,” ujar Andi Chairil Production Direktor.

Pihaknya mengakui hal tersebut adalah kelalaian mereka, tidak mengedit terlebih dahulu sebelum penayangan.
“Kami mengakui kelalaian dalam isi pemberitaan itu. Dimana kami tidak melakukan sensor yang mendalam secara teliti materi dari pihak luar. Namun, kami tidak berlepas tanggung jawab atas kesalahan tersebut,”.
“Kami telah menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada salah satu putra Kiai Haji Anwar Mashur pada Senin malam, 13 Oktober 2025. Pertemuan dilakukan dengan Gus Adib. Pada pagi ini kami pun telah menyampaikan surat permohonan maaf secara resmi melalui WhatsApp kepada Gus Adib untuk disampaikan kepada pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo. Hard copy akan segera kami kirimkan,”.
“Jadi sekali lagi kami mengaku kelalaian kami dan kami mohon maaf atas hal tersebut. Untuk kedepannya ini akan menjadi pelajaran bagi kami untuk lebih teliti. Dan untuk bisa memahami rasa hubungan antara santri dengan para kyai nya, dengan pengasuh, dan dengan alumni,”.
Fenomena tagar #BoikotTrans7 memperlihatkan bagaimana sensitivitas publik terhadap simbol keagamaan dan tokoh pesantren masih sangat tinggi di Indonesia. Sekaligus menjadi peringatan bagi media untuk lebih cermat. Mereka perlu menjaga etika dan sensitivitas budaya dalam setiap kontennya. Agar kebebasan jurnalistik tetap berjalan berdampingan dengan penghormatan terhadap nilai-nilai masyarakat.
Sebelumnya, salah satu tayangan di program Xpose Uncersored Trans7 sempat menyoroti aksi santri yang membungkuk dan menyalami seorang kiai.
Hal itulah yang menjadi imej pondok pesantren dan santri tercoreng.
Editor : Erina Faiha