Selasa, Oktober 14, 2025
BerandaRagamKisah Unik Profesi ‘Lipstick Tester’ di Tahun 1950-an, Ini Faktanya

Kisah Unik Profesi ‘Lipstick Tester’ di Tahun 1950-an, Ini Faktanya

Saluran WhatsApp

Bantentv.com – Di era 1950, ketika industri kosmetik mulai berkembang pesat pasca Perang Dunia II, muncullah kisah unik. Profesi ini hingga kini masih menarik perhatian publik, yakni profesi ‘Lipstick Tester’.

Profesi isi dilakukan oleh seseorang yang bekerja untuk menguji ketahanan lipstick dengan cara dicium berulang kali oleh para wanita.

Foto-foto hitam putih yang beredar dari masa itu memperlihatkan seorang pria dengan wajah penuh bekas lipstick merah muda, merah tua, dan ungu.

Sekilas, gambar tesebut tampak seperti dokumentasi eksperimen romantis, namun sebenarnya ada konteks Ilmiah dan proses promosi di baliknya.

Asal Usul Cerita: Dari Laboratorium ke Majalah LIFE

Kisah ini bermula dari dokumentasi Life Magazine edisi 15 Februari 1960 berjudul ‘My Coal Tar Valentine.’ Foto yang menjadi viral itu memperlihatkan seorang pria bernama Richard Ramsey, yang kepalanya penuh bekas ciuman dari sejumlah wanita.

Banyak orang mengira ia adalah “pegawai” yang tugasnya dicium seharian untuk menguji daya tahan lipstik.

Namun, menurut penelusuran Snopes, tidak ada bukti bahwa profesi ‘lipstick tester’ seperti itu benar-benar eksis secara resmi.

Foto tersebut sebenarnya adalah demonstrasi laboratorium. Tujuannya adalah menunjukkan uji ketahanan dan keamanan pewarna lipstik yang berbasis bahan coal tar (tar batubara). Bahan itu pada masa itu baru mulai diawasi penggunaannya oleh lembaga regulasi seperti FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat.

Tujuan Uji Ciuman: Bukan Romantis, Tapi Ilmiah

Dalam proses tersebut, sejumlah wanita mengenakan lipstik dari berbagai merek, lalu mencium bagian kepala atau wajah pria tersebut. Hasilnya kemudian diamati untuk menilai beberapa aspek penting:

  • Seberapa kuat pigmen lipstik menempel setelah beberapa kali kontak.
  • Seberapa besar transfer warna ke kulit lain.
  • Apakah ada reaksi kulit terhadap bahan pewarna tertentu.
  • Seberapa lama warna bertahan di permukaan kulit.

Eksperimen semacam ini merupakan bagian dari proses riset kosmetik yang sedang naik daun kala itu. Terutama setelah Hazel Bishop, seorang kimiawan asal New York, meluncurkan produk lipstik tahan lama pertama pada 1949.

Produk “stay-on lipstick” ini menjadi revolusi di dunia kosmetik dan mendorong kompetitor lain melakukan riset serupa.

Meski banyak media modern menggambarkan “Lipstick Tester” sebagai pekerjaan resmi. Terlihat eksotis dan penuh sentuhan romantis. Sebagian besar kisah itu ternyata lebih banyak unsur promosi dan hiburan dibandingkan realitas unsur pekerjaan.

Sejumlah blog budaya populer seperti BoingBoing dan DesignYouTrust menyebut bahwa foto-foto yang beredar kemungkinan diambil untuk tujuan pemasaran dan kampanye keamanan produk. Itu bukan dokumentasi profesi sehari-hari.

Kisah “lipstick tester” kini lebih dikenang sebagai simbol kreativitas dan semangat ilmiah di balik glamornya dunia kosmetik tahun 1950-an.

Ia menjadi pengingat bahwa di balik kemasan cantik dan warna lipstik yang menawan, ada proses panjang riset dan eksperimen. Bahkan “uji ciuman” dilakukan untuk memastikan produk aman dan tahan lama.

Lebih dari sekadar kisah lucu, “lipstick tester” merefleksikan masa di mana sains, seni, dan pemasaran bersatu menciptakan budaya kecantikan modern.

Meski profesinya mungkin tidak pernah benar-benar resmi, kisahnya tetap hidup, seindah warna lipstik yang tak mudah luntur oleh waktu.

Artikel ini ditulis oleh Bintang Sandi Putri, peserta program magang di Bantentv.com.Konten telah melalui proses penyuntingan oleh tim redaksi.
TERKAIT
- Advertisment -