Senin, Oktober 13, 2025
BerandaBeritaSuami Sakit, Istri Jadi Pemulung: Ini Kisah Warga Lebak yang Tinggal di...

Suami Sakit, Istri Jadi Pemulung: Ini Kisah Warga Lebak yang Tinggal di Rumah Reyot

Saluran WhatsApp

Lebak, Bantentv.com – Di Kampung Hambur, Desa Cigoong Utara, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, sepasang suami istri bernama Masitoh (33) dan suaminya, Sahroni, hidup bersama empat anak mereka di sebuah rumah reyot yang hampir roboh.

Sudah lima tahun keluarga ini bertahan dalam kondisi yang memprihatinkan dan belum pernah menerima bantuan dari pemerintah.

Rumah berukuran sekitar 4×5 meter itu berdinding bilik bambu yang sudah rapuh dimakan usia.

Atapnya bocor di banyak bagian, sementara lantai tanah yang lembap dan dingin menjadi tempat mereka beristirahat setiap malam.

Dinding yang berlubang seolah menjadi saksi bisu perjuangan keluarga kecil ini melawan kemiskinan dan penyakit.

Baca Juga: Usai 20 Tahun Tinggal di Gubuk Reyot, Pasangan Lansia di Lebak Akhirnya Terima Bantuan Rumah

“Kalau dibilang tidak layak, ya saya rasa begitu, karena banyak yang bocor, apalagi kalau hujan dan angin kencang, kasihan anak-anak,” ujar Masitoh.

Setiap kali hujan datang, malam mereka berubah menjadi kepanikan. Air menetes dari atap ke berbagai sudut ruangan, membuat anak-anak yang sedang terlelap harus digendong dan dipindahkan ke bagian rumah yang masih kering.

Kondisi rumah itu membuat keluarga kecil ini harus selalu waspada, terutama di musim penghujan.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Masitoh bekerja sebagai pemulung barang bekas di pinggir sungai.

Satu keluarga tinggal di rumah reyot  di Kampung Hambur, Desa Cigoong Utara, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak (Bantentv.com/ Nano)
Satu keluarga tinggal di rumah reyot  di Kampung Hambur, Desa Cigoong Utara, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak (Bantentv.com/ Nano)

“Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya biasa memulung barang-barang bekas di pinggiran sungai,” tuturnya.

Hasil dari memulung hanya cukup untuk makan seadanya, sementara kebutuhan lain sering kali tidak terpenuhi.

Penderitaan keluarga ini semakin berat setelah sang suami, Sahroni, divonis mengidap penyakit TBC. Tubuhnya yang semakin lemah membuatnya tak lagi mampu bekerja seperti dulu.

Napasnya kini tersengal, dan ia hanya bisa beristirahat di dalam rumah reyot yang menjadi satu-satunya tempat berlindung keluarga mereka.

Sahroni mengaku sudah berobat ke Puskesmas Koncang lebih dari setahun lalu, namun hingga kini belum mendapat rujukan ke rumah sakit, padahal kondisinya kian memburuk.

Editor Siti Anisatusshalihah
TERKAIT
- Advertisment -