Sabtu, November 29, 2025
BerandaEkonomi2025 Sentuh Rekor Tertinggi Ketidakpastian Ekonomi Indonesia, Investor Asing Ragu?

2025 Sentuh Rekor Tertinggi Ketidakpastian Ekonomi Indonesia, Investor Asing Ragu?

Saluran WhatsApp

Bantentv.com – Indonesia dinilai masih diliputi oleh ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap masuknya investor asing yang akan investasi besar-besaran di Indonesia. Inilah yang tercermin dari World Uncertainty Index (WUI) Indonesia, yang pada kuartal II-2025 tercatat di level 1,10. 

Angka tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah sejak data pertama kali dicatat pada 1952. Data WUI ini dirilis oleh Federal Reserve Bank of St. Louis.

Kenaikan WUI dinilai cukup tajam dibanding kuartal sebelumnya. Sebelumnya hanya 0,51. Indeks yang dirangkum oleh ekonom Hites Ahir, Nicholas Bloom, dan Davide Furceri itu juga menunjukkan meningkatnya persepsi risiko dan ketidakpastian terhadap perekonomian Indonesia.

Pada dua dekade terakhir, WUI Indonesia umumnya hanya berada di kisaran 0,3–0,8. Sebagai perbandingan, Indonesia pernah mencatat lonjakan WUI pada kuartal II-1953 sebesar 1,07 dan pada kuartal II-2012 sebesar 0,87. 

Baca Juga: Penerimaan Pajak 2025 Turun, Menkeu Siapkan Langkah Ekonomi dan Penegakan Hukum

Sehingga, lonjakan di tahun 2025 ini menandai bukan hanya yang tertinggi dalam 70 tahun terakhir. Namun, juga melampaui periode krisis besar, termasuk pada masa 1960-an dan awal 2000-an.

Jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain, ketidakpastian ekonomi Indonesia juga menempati urutan tertinggi. Seperti WUI Thailand tercatat 0,69, Malaysia 0,65, Vietnam 0,58, dan Filipina 0,50. Sementara Singapura berada di level 0,18 dan Myanmar 0,15.

Kepala Pusat Makroekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufiqurrahman, menilai lonjakan WUI bukan hanya dipengaruhi faktor global saja, melainkan lebih mencerminkan disorientasi kebijakan domestik.

Menurutnya, pemerintah saat ini tengah menggeser fokus dari konsolidasi fiskal ke arah ekspansi belanja dengan motif politis. Ini terjadi menjelang momentum politik strategis. Koordinasi antarotoritas ekonomi juga disebut melemah.

“Bagi investor, sinyal ini menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi kini lebih diwarnai pertimbangan jangka pendek. Kebijakan ini lebih diwarnai daripada kepastian institusional dan keberlanjutan fiskal jangka panjang,” ujar Rizal, Minggu, 5 Oktober, dikutip dari Kontan.

Ia juga mengingatkan bahwa lonjakan WUI ini memberi sinyal investor asing. Mereka mulai meragukan komitmen pemerintah dalam menjaga disiplin fiskal dan stabilitas kebijakan makro. 

Baca Juga: Perekonomian Lima Tahun ke Depan Diprediksi Sulit, Hati-hati dalam Atur Keuangan

Dengan ruang fiskal yang makin sempit dan beban utang meningkat, maka pasar bisa menilai adanya risiko distorsi. Risiko ini bisa muncul dalam arah kebijakan moneter maupun pembiayaan publik.

“Dalam kacamata asing, kondisi ini bukan sekadar masalah teknis fiskal. Namun, juga menjadi gejala politik ekonomi bahwa keputusan ekonomi RI ditentukan oleh kalkulasi kekuasaan. Bukan disiplin makro yang konsisten,” imbuhnya.

Pendapat lainnya, Ekonom Maybank Indonesia, Myrdal, juga memperkirakan ketidakpastian ekonomi Indonesia masih akan meningkat pada kuartal III-2025. Hal ini tercermin dari kenaikan credit default swap (CDS) Indonesia pada akhir September lalu.

Myrdal pun menilai, demonstrasi pada Agustus, pergantian Menteri Keuangan, serta kebijakan baru Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan juga turut memberi tekanan. Selain itu, faktor eksternal berupa tensi perang dagang yang kembali meningkat pada awal Agustus juga ikut memperburuk kondisi tersebut.

Namun, Myrdal memperkirakan ketidakpastian ekonomi Indonesia akan relatif membaik pada kuartal IV-2025.

Sementara WUI Indonesia juga bukan satu-satunya referensi untuk menilai ketidakpastian ekonomi Indonesia. Pasalnya, WUI hanya mengukur seberapa sering kata ‘uncertainty’ atau padanan katanya muncul dalam laporan triwulanan Economist Intelligence Unit (EIU). Sehingga harus melihat dari berbagai aspek dan faktor lainnya.

Editor AF Setiawan
TERKAIT
- Advertisment -