Bantentv.com – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar Deklarasi New York pada bulan Juli lalu di markas besar PBB. Sidang ini diikuti oleh 164 Negara dan digagas oleh Prancis dan Arab Saudi.
Berdasarkan informasi resmi PBB, perwakilan Duta Besar Perancis Jerome Bonnafont menjelaskan, konferensi tersebut membahas tentang penyusunan satu peta jalan. Ini dilakukan untuk penyelesaian konflik antar dua negara Palestina dan Israel.
Lebih jelasnya isi dari konferensi New York adalah terkait gencatan senjata di jalur Gaza, pembebasan sandra serta pembentukan negara Palestina yang resmi dan berdaulat. Voting PBB mengenai pembentukan negara Palestina menjadi inti diskusi ini.
Baca Juga: Inilah 5 kota Termahal di Dunia untuk Ditinggali
Selain itu pembahasan ini juga menyerukan terkait pelucutan senjata dan pengucilan Hamas dari pemerintahan Gaza. Isi penting lainnya yaitu membahas terkait penormalisasian hubungan Israel dengan negara-negara Arab, dan memberikan jaminan keamanan kolektif.
Sebelumnya, pihak dari Israel yang diwakili Duta Besarnya Danny Danon menyebut deklarasi ini adalah deklarasi sepihak yang tidak akan dikenang. Ini bukan langkah menuju perdamaian. Dia juga menyebut bahwa tindakan ini adalah upaya pelemahan kredibilitas PBB.
“Hamas adalah pemenang terbesar dari setiap dukungan yang diberikan hari ini,” ucap Danon saat mengomentari hasil voting PBB tersebut.
142 Negara Setujui Palestina Merdeka
Kemudian hasil dari voting tersebut, terdapat 142 negara yang menyetujui terbentuknya negara Palestina. Sebanyak 10 negara menolak dan 10 negara lainnya memilih diam tidak memberikan suara mereka. Voting PBB ini menunjukkan pembagian sikap yang jelas di antara anggota.
Dengan adanya hasil ini, seharusnya negara Palestina sudah bisa merdeka. Tapi negara-negara yang menolak seperti Israel dan Amerika kekeh menolak adanya hasil deklarasi tersebut.
“Kalian memalukan. Manuver politik yang tidak berarti ini terjadi sementara orang-orang tak berdosa tetap ditutup matanya di terowongan-terowongan Gaza. Mereka kelaparan, disiksa, dan menunggu. Ini bukan diplomasi, ini sandiwara,” ujar perwakilan Israel.