Sabtu, Oktober 4, 2025
BerandaBeritaGubernur Banten: Baru 13 Persen Sampah Terkelola, Target 100 Persen pada 2029

Gubernur Banten: Baru 13 Persen Sampah Terkelola, Target 100 Persen pada 2029

Saluran WhatsApp

Serang, Bantentv.com – Gubernur Banten Andra Soni mengungkapkan sekitar 8.000 ton sampah yang dihasilkan setiap hari, hanya 13 persen yang benar-benar dikelola dengan baik.

Pernyataan ini disampaikan seusai menghadiri rapat koordinasi pengelolaan sampah bersama Kementerian Lingkungan Hidup di Pendopo Gubernur Banten, Jumat, 12 September 2025.

Andra menjelaskan sebagian besar sampah masih ditangani dengan sistem open dumping yang dinilai tidak ramah lingkungan, sementara sisanya bahkan tercecer hingga masuk ke aliran sungai.

Baca Juga: Atasi Persoalan Sampah, Bupati Serang Turunkan Armada Hingga Desa

Kondisi ini, menurutnya, perlu segera dibenahi agar tidak menimbulkan dampak lebih luas bagi kesehatan masyarakat maupun kelestarian lingkungan.

“Targetnya di tahun 2029 kita seluruh Kabupaten Kota bisa mengelola 100 persen sampahnya. Karena kondisi hari ini sampah yang terkelola itu baru 13 persen,” ujar Andra.

Ia menambahkan bahwa permasalahan tidak bisa diatasi hanya dengan membangun tempat pembuangan terpadu baru.

Hal yang lebih penting adalah memperkuat kapasitas pemerintah kabupaten/kota agar mampu mengelola sampah secara mandiri.

Pemerintah Provinsi Banten akan berperan sebagai fasilitator serta menjalin koordinasi dengan pemerintah pusat untuk memastikan kebijakan berjalan efektif.

Rapat koordinasi pengelolaan sampah bersama Kementerian Lingkungan Hidup di Pendopo Gubernur Banten, Jumat, 12 September 2025 (Bantentv.com/ Hendra)
Rapat koordinasi pengelolaan sampah bersama Kementerian Lingkungan Hidup di Pendopo Gubernur Banten, Jumat, 12 September 2025 (Bantentv.com/ Hendra)

“Kita sekarang berpikir bukan tentang memindahkan sampah, tapi berpikir tentang mengelola sampah,” tegasnya.

Andra juga menyoroti pentingnya pemilihan teknologi pengolahan yang sesuai dengan skala produksi sampah di masing-masing daerah.

Ia mencontohkan penggunaan Refuse Derived Fuel (RDF) maupun teknologi waste-to-energy yang hanya cocok diterapkan di wilayah dengan kapasitas sampah yang besar.

Dengan demikian, kebijakan yang diambil tidak hanya menyelesaikan persoalan sesaat, tetapi juga menciptakan solusi jangka panjang.

Editor: Siti Anisatusshalihah

TERKAIT
- Advertisment -