Bantentv.com – Banyaknya peninggalan sejarah pada masa Kesultanan Banten yang ada hingga saat ini, merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan dijaga. Salah satunya adalah Meriam Ki Amuk yang tersimpan di halaman Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama.
Meriam Ki Amuk adalah sebuah Meriam kuno milik Kesultanan Banten. Meriam ini konon digunakan untuk menjaga Pelabuhan Karangantu yang berada di Teluk Banten.
Menurut legenda, Meriam Ki Amuk adalah penjelmaan Prajurit Kesultanan Demak yang dikutuk. Tetapi menurut versi sejarah, meriam ini dibuat di Jawa Tengah abad 16 sekitar tahun 1527 M, yang kemudian dihadiahkan kepada Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Banten oleh Sultan Trenggono yang pada awalnya bernama Ki Jimat.
Dilansir dari situs kebudayaan kemendikbud, ukuran meriam ini terbilang cukup besar dengan panjang 341 cm, diameter bagian belakang 66 cm, diameter mulut atau moncong bagian luar 60 cm dan bagian dalam 32 cm.
Adapun lebar bagian yang menonjol 1,15 m. Selain itu ada yang menyebutkan bahwa meriam Ki Amuk memiliki panjang 3,45 m, kalibernya 31 cm dan beratnya kira-kira 6 ton.
Dalam Inkripsi Islam Tertua di Indonesia, sejarah meriam yang dijuluki Ki Amuk itu telah ditelusuri oleh sejumlah peneliti dari zaman kolonial Belanda salah satunya K.C. Crucg.
Terkait asal muasal meriam Ki Amuk, K.C. Crucq menyatakan bahwa jejak awal dari nama meriam Ki Amuk terdapat di satu peta kota Banten yang dibuat sebelum pertengahan abad ke-17. Pada peta tersebut tercatat meriam besar ‘t Desperant’, yang oleh Curcq dianggap sebagai terjemahan dari Ki Amuk.
Sebuah gambar bintang berujung delapan terlihat pada mulut meriam Ki Amuk. Gambar tersebut juga dikenal dengan nama “Mentari Majapahit” yang dapat ditemukan di atas nisan-nisan Troloyo abad ke 14 dan 15. Curcq berpandangan bahwa hal itu dapat menjadi petunjuk asal dari meriam tersebut yakni Jawa Tengah pada pertengahan abad ke 16.
Crucq kemudian berpendapat bahwa meriam yang di Banten kemungkinan dicor oleh Koja Zainal untuk kepentingan Sultan Demak karena memiliki kemiripan dengan meriam-meriam Portugis.
Kemudian meriam diberikan Sultan Demak kepada Hasanuddin dan membawanya ke Banten dimana meriam itu menjadi meriam sultan yang sangat dihormati dengan nama Ki Jimat. Dengan dasar itu K.C.Crucq menghubungkan antara Ki Jimat sama dengan Ki Amuk dan diperkirakan tahunnya adalah 1450 Saka (1528/9 AD).