Serang, Bantentv.com – Di Banten banyak memiliki wisata religi yang sangat bersejarah. Keberadaan wisata religi di Banten ini tentunya banyak diminati oleh pengunjung baik lokal maupun luar daerah. Misalnya kawasan Banten Lama yang merupakan ibu kota Kesultanan Banten, di utara Banten ini peninggalan Islam sangat kental.
Tidak hanya di Banten Lama, beberapa masjid yang dahulu menjadi pusat penyebaran agama Islam masih dapat dikunjungi bahkan masih dipergunakan untuk beribadah. Berikut Banten TV akan mengulas beberapa keberadaan masjid tua nan bersejarah di Banten.
- Masjid Agung Banten

Masjid Agung Banten didirikan pada 1566 M ketika Maulana Hasanuddin menjabat sebagai Sultan Banten pertama pada 1552-1570. Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan putra pertama dari Sunan Gunung Jati.
Madjid Agung Banten ini adalah warisan kesultanan Banten yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Sebagaimana masjid-masjid lain di Nusantara, Masjid Agung Banten berdenah segi empat dengan rancang bangun yang unik. Arsitekturnya merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Cina, dan Eropa.
Lalu yang menjadi salah satu ciri khas Masjid Agung Banten sendiri yaitu sebuah menara setinggi 24 meter. Menara ini dapat diakses hingga ke puncak dengan melewati 83 anak tangga serta melewati lorong sempit.
- Masjid Pacinan Tinggi

Keberadaan Masjid Pacinan Tinggi ini tidak jauh dari Benteng Surosoan, keraton Kesultanan Banten, terdapat peninggalan mesjid tua yaitu Masjid Pacinan Tinggi. Masjid ini tepatnya terletak di Kampung Pacinan, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Penamaan masjid menjadi Pecinan Tinggi karena dulunya, banyak pedagang China yang berdagang hingga bermukim di wilayah ini. Pada waktu itu, Kesultanan Banten di bawah kekuasaan Maulana Hasanudin. Melihat catatan sejarah dulunya masjid ini merupakan masjid pertama kali yang didirikan oleh Syarif Hidayatullah kemudian dilanjutkan Maulana Hasanudin.
Bangunannya tentu berbeda dengan masjid Agung Banten yang masih berdiri kokoh hingga kini, namun Pecinan Tinggi hanya meninggalkan mihrab, menara, dan juga sisa dari pondasi bangunan.Masjid yang sudah berdiri lama ini menggunakan menara yang terbuat dari bata dan pondasi lalu pada bagian bawah berbahan batu karang.
Pembuatan denah untuk bagian masjid dibentuk persegi empat yang mirip dengan menaranya Masjid Kasunyatan.Pada bagian atas menaranya sudah hancur. Sehingga tidak lagi menampakkan bentuk secara utuh dari bangunan masjid seperti sebelumnya.
Di Kawasan masjid ini pada bagian utara terdapat sebuah makam China. Hingga saat ini, peneliti belum bisa menentukan apakah makam itu berkaitan atau tidak dengan bangunan masjid. Sementara itu makamnya masih terdapat tulisan yang dapat dijelaskan bahwa dalam makam terdapat pasangan suami istri yakni Tio Mo Sheng dan Chou Kong Chian. Mereka datang dari desa Yin Shao dan batu nisan pada makam menuliskan tahun berdirinya pada 1843.
- Masjid Cikoneng

Masjid Cikoneng terletak di Jalan Raya Anyer, Kampung Cikoneng, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kabupaten Serang.
Masjid kuno peninggalan jaman Belanda ini didirikan pada sekitar abad ke-16 akhir atau awal abad ke-17 ini, kini sudah menjadi cagar budaya. Masjid yang sebenarnya bernama Masjid Daarul Falah itu, oleh masyarakat setempat lebih sering disebut sebagai Masjid Cikoneng, sesuai dengan nama lokasi atau kampung tempat masjid itu berdiri.
Masjid ini memiliki arsitektur perpaduan antara Islam, Eropa dan Lampung. Beberaa di antaranya corak Islam kuat terlihat berupa kaligrafi, Eropa tampak dari bentuk tiang, sedangkan budaya lampung terlihat dari hiasan sleger.
Bentuk atap Masjid Cikoneng bersusun mengerucut dengan jumlah empat atap. Hiasan di bagian puncak sangat unik yang disebut mamolo atau mustaka. Mastaka ini terdapat hiasan berbentuk beberapa naga. Masjid Cikoneng tidak memiliki serambi. Di bagian dalam, terdapat dua mihrab yaitu mihrab untuk imam dan mihrab untuk khatib.
Masjid ini dibangun oleh masyarakat Lampung yang ada di Anyer. Masyarakat sekitar masjid meyakini bahwa pendirian masjid berhubungan dengan utusan dari Kerajaan Tulang Bawang, Lampung yang menyebarkan Islam di Banten. Keberadaan Masjid Daarul Falah Cikoneng hingga kini masih eksis berdiri dan terawat.
Jika ingin mengunjunginya, dari Kota Serang melewati Kota Cilegon jaraknya kurang lebih berjarak 35 kilometer. Masjid ini juga bisa ditempuh melalui Kabupaten Pandeglang, berjarak kurang lebih 55 kilometer dari pusat Kota Pandeglang ke arah Barat melewati Pantai Carita.
- Masjid Agung Carita
Masjid Carita terletak di Kampung Pagedongan, Desa Sukajadi, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang. Mesjid Carita terletak kurang lebih 51 kilometer ke arah barat dari Kota Pandeglang. Juga dapat ditempuh dari pesisir utara melewati Pantai Anyer, Serang. Jika dari Ibu Kota Serang berjarak kurang lebih 76 kilometer.
Kedahsyatan letusan Gunung Krakatau memang meluluhlantakan daerah pesisir. Masjid Carita dibangun pasca meletusnya Gunung Krakatau.
Berdasarkan penuturan masyarakat setempat secara turun temurun, Masjid Carita berdiri pada tanggal 27 Haji 1309 H atau 1889 M, atau enam tahun setelah Gunung Krakatau meletus pada 1883. Pembangunan masjid ini selesai pada tanggal 30 Jumadil Awal 1315 H atau 1895 M.
- Masjid Caringin

Masjid Caringin dibangun tahun 1884 M. Masjid Caringin menjadi peninggalan muslim Banten pada masa pemerintahan kolonial Belanda di bawah Gubernur Jenderal Herman Hillem Daendels. Sebagian pekerja paksa dalam pembangunan Jalan Anyer-Panarukan memberontak dan melarikan diri mengarah ke selatan, hingga ke Caringin dan menetap di sana.
Hingga saat ini, Masjid Caringin masih dipakai untuk beribadah dan menjadi desnitasi wisata sejarah sekaligus wisata religius di Banten. Masjid Caringin terletak tidak jauh dari desnitasi wisata Pantai Carita. Masjid Caringin terletak di pinggiran Jalan Raya Labuan-Carita, Kampung Caringin, Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang.
Masjid Caringin juga menjadi saksi bisu dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Setelah 10 tahun ditinggalkan, pembangunan kembali masjid juga melibatkan seorang ulama bernama Syekh Asnawi dan penduduk. Secara gotong royong, Masjid Caringin kembali didirikan. Masjid ini kemudian menjadi pusat syiar Islam dan basis perjuangan rakyat Banten melawan penjajahan. (angga)