Bantentv.com – Setiap orang tua umumnya berkeinginan untuk memiliki anak perempuan yang cerdas dan berprestasi. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Mr. dan Mrs. Wormwood. (Stephen Graham dan Andrea Riseborough).
Cerita itu adalah sebuah film Matilda the Musical. Film ini diangkat berdasarkan novel karya Roald Dahl’s yang sangat terkenal. Film ini adalah sebuah tontonan yang menyenangkan bagi seluruh keluarga. Ceritanya tidak membosankan bagi anak-anak dan bagi penonton dewasa film ini tidak akan membuat Anda kesal.
Ditulis oleh Dennis Kelly, Matilda the Musical sangat aktif seperti karakter utamanya. Kisahnya sederhana tapi impact-nya kuat. Dan karena ini film musikal, tentu saja lagu-lagunya mempunyai peran yang sangat penting. Berita bagusnya, lagu-lagu dalam film ini sangat catchy, bisa jadi Anda mencari lagu-lagunya selesai film diputar.
Skrip yang paten tersebut kemudian diterjemahkan dengan sangat baik oleh Matthew Warchus. Ia sanggup menandingi kelincahan tokoh utamanya. Editingnya mantap, sinematografinya liar dan koreografi musikalnya enak dilihat. Dari adegan Matilda bernyanyi solo di atas atap sampai adegan klimaks yang melibatkan banyak siswa bernyanyi dan menari, Matilda the Musical tampil sangat percaya diri.
Alur cerita film ini bermula Mr. Wormwood dari awal tidak suka kalau anaknya ternyata perempuan, si Ibu pun juga tidak cukup peduli dengan anaknya sampai lupa mendaftarkannya ke sekolah. Karena sibuk dengan kehidupan glamournya.
Untungnya anak mereka, Matilda (diperankan Alisha Weir), tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan cerdas. Bukan sebuah asumsi jika Anda menilai bahwa kemandiriannya adalah coping mechanism atas orang tuanya yang absen dalam hidupnya.
Selanjutnya, Mathilda menemukan dunianya di antara halaman buku dan kata-kata yang membantunya untuk membuka wawasan baru demi memperluas pemahamannya akan dunia.
Mathilda merupakan seorang gadis dengan otak cerdas juga memiliki daya imajinasi yang kuat, tumbuh dalam keluarga yang tidak menghargai bakatnya. Mr. dan Mrs. Wormwood lebih memilih untuk mengirim Mathilda ke sekolah Crunchem Hall yang dipimpin oleh kepala sekolah kejam, Mrs. Trunchbull. Seorang mantan atlet yang selalu memanggil para siswanya dengan sebutan “maggot” itu selalu berbuat tidak adil dan seringkali menghukum siswa-siswanya yang tidak bersalah.
Di Crunchem Hall, suasana seringkali terasa seperti penjara bagi para siswa. mereka dipaksa untuk mengikuti aturan-aturan yang ketat dan hukuman yang keras. Ruang kelas juga sering dipenuhi dengan ketegangan dan intimidasi tanpa adanya ruang untuk berekspresi dan mengembangkan potensi diri secara bebas.