Serang, Bantentv.com – Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Banten terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Salah satunya dengan mulai membangun fasilitas kesehatan berupa klinik hemodialisa di lingkungan Markas PMI Banten di Kota Serang.
Dibangunnya klinik hemodialisa ini untuk membantu penanganan penderita ginjal akut yang setiap tahunnya terus bertambah.
Peletakan batu pertama pembangunan klinik tersebut dilakukan langsung Ketua PMI Provinsi Banten Ratu Tatu Chasanah bersama Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial PMI pusat Profesor Fahmi Idris dan sejumlah perwakilan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Banten, Rabu 13 Juli 2022.
Ketua Bidang Organisasi PMI Banten sekaligus Ketua Pelaksana Pembangunan Klinik Hemodialisa PMI Banten, Amrin Nur mengatakan, semua program kerja PMI Banten satu per satu dilaksanakan dengan baik. Termasuk pembangunan klinik hemodialisa.
“Kami sudah belajar ke PMI Surakarta yang sudah punya klinik hemodialisa. Kami pelajari administrasi, manajemen, dan proses pelayanan. Selanjutnya berbagai konsultasi dilakukan untuk memastikan klinik yang dibangun sesuai dengan aturan Kementerian Kesehatan,” ujarnya.
Dijelaskan Amrin, klinik dibangun pada lahan seluas 224 meter persegi di lingkungan Markas PMI Banten. Menggunakan anggaran hibah APBD Provinsi Banten sebesar Rp 1,6 miliar. “Pada tahap pertama dibangun satu lantai untuk klinik hemodialisa. Jika anggaran bertambah, kami lanjutkan menjadi dua lantai,” ungkapnya.
Sementara Ketua PMI Banten Ratu Tatu Chasanah mengatakan, selain program kerja, pembangunan klinik dalam rangka menjalankan rencana strategis PMI untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Terutama bagi masyarakat dengan ketergantungan cuci darah atau yang memiliki penyakit ginjal akut.
“Insya Allah, tahun ini selesai tahap satu dan klinik hemodialisa bisa beroperasi pada tahun 2023. Tahap kedua, mohon doa dan dukungan, kira targetkan penambahan pelayanan kesehatan umum, penyakit dalam, dan kesehatan ibu-anak,” ujar Bupati Serang ini.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, tren peyakit ginjal kronik terlihat mengalami peningkatan dari 0,2 persen pada tahun 2013 menjadi 0,38 persen pada tahun 2018. Kemudian derdasarkan data IHME Global Burden of Diseases tahun 2019, penyakit Ginjal Kronik masuk dalam 10 besar penyebab kematian tertinggi di Indonesia.