Lebak, Bantentv.com – Pelabuhan Perikanan (PP) Binuangeun di wilayah Kabupaten Lebak merupakan salah satu pelabuhan di bawah naungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten. PP Binuangeun dinilai sangat potensial dengan menjadi sentra perikanan tangkap terbesar di wilayah Banten Selatan.
Potensi ini terbukti dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disumbangkan PP Binuangeun kepada pemerintah daerah. Adapun PAD yang dihasilkan dari retribusi fasilitas PP Binuangen tahun 2021 kurang lebih sebesar Rp142.363.600. Sedangkan PAD tahun 2022 ditargetkan kurang lebih sebesar Rp271.625.000, dan untuk tahun 2023 diperkirakan kurang lebih sebesar Rp348.050.000.
Sadar akan potensi kelautan dan perikanan yang begitu besar, DKP Banten berupaya optimalisasi fungsi Pelabuhan Perikanan Binuangeun melalui berbagai program pembangunan. Dua di antara program pembangunan yang menjadi prioritas saat ini adalah revitalisasi pabrik es dan pasar ikan.
Diakui Kasubag Tata Usaha, Kantor Cabang DKP Banten, Afit Gandamanah, revitalisasi pabrik es dan pasar ikan di PP Binuangeun menjadi prioritas karena dinilai sudah butuh perbaikan. Selain itu, dua hal tersebut sangat mendesak bagi kepentingan para nelayan dan pedagang ikan di pelabuhan.
“Kondisi pasar ikan di pelabuhan saat ini sudah butuh perbaikan agar para nelayan dan pedagang ikan jauh lebih nyaman. Sedangkan kebutuhan pabrik es perlu ditambah untuk optimalisasi pengawetan ikan tangkap hasil nelayan,” ujar Afit.
Kondisi pasar ikan yang saat ini mengalami kebocoran membuat para pedagang lebih memilih berjualan di luar bangunan pasar ikan. Sementara keberadaan pabrik es di PP Binuangeun dinilai tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan Binuangen. Hal ini menyebabkan sebagian nelayan membeli pasokan es balok dari luar pelabuhan dengan harga yang lebih mahal.
Kebutuhan es balok setiap hari di PP Binuangen mencapai sekitar 40.000 balok. Sedangkan produksi pabrik es di PP Binuangeun saat ini hanya mampu memenuhi kurang lebih 25.000 es balok setiap harinya. Sehingga masih ada kekurangan sebanyak kurang lebih 15.000 es balok per hari.
Afit mengungkapkan, pabrik es yang dimiliki saat ini seringkali rusak. Bahkan pada bulan April dan Mei 2022 lalu, pabrik es tidak dapat berproduksi optimal lantaran mengalami perbaikan mesin setelah tujuh tahun lamanya belum ada perbaikan.
“Jika melihat kebutuhan es balok yang belum terakomodir, maka perlu dibangun Kembali satu pabrik es lagi serta perlu dilakukan revitalisasi pabrik es yang ada saat ini,” ungkap Afit.