Minggu, Juni 15, 2025
BerandaBeritaMbah Sutiah Berangkat Haji di Usia 107 Tahun, Jadi Jemaah Tertua di...

Mbah Sutiah Berangkat Haji di Usia 107 Tahun, Jadi Jemaah Tertua di Musim Haji Indonesia 2025

Madinah, Bantentv.com – Usia boleh menua, tapi semangat tak pernah renta. Inilah kisah Mbah Sutiah, jemaah haji asal Lampung yang membuktikan bahwa impian suci bisa digapai kapan saja. Bahkan di usianya yang mencapai 107 tahun.

Senyum semringah terpancar dari wajah Sutiah Sunyoto saat ditemui di Madinah. Di usianya yang telah melampaui satu abad lebih tujuh tahun, semangatnya untuk berhaji justru makin menyala.

Perempuan lansia asal Lampung ini tercatat sebagai jemaah haji tertua Indonesia pada musim haji 2025.

“Usia itu biasa saja. Yang penting semangat,” ucapnya sederhana, penuh ketulusan.

Dikenal dengan sapaan akrab Mbah Sutiah, dia tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 19 JKG.

Mbah Sutiah sudah tiba di Madinah dan menjalani rangkaian ibadah dengan penuh syukur. Teriknya matahari tak menyurutkan niatnya untuk menunaikan salat di Masjid Nabawi.

“Sudah lima kali salat di Masjid Nabawi Kuat jalannya,” ujarnya denan bahasa Jawa sambil tersenyum.

Butuh waktu 13 tahun baginya untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima ini.

Dia mendaftar haji pada 2013 melalui anaknya. Biaya pelunasan pun ditanggung dari hasil menanam padi, jagung, dan usaha pertanian kecil yang ia tekuni sejak muda.

“Saya enggak kerja apa-apa sekarang, cuma duduk di rumah. Dulu kerja di sawah, nyabut rumput, nanam padi, jagung,” kenangnya.

Mbah Sutiah memang bukan tipe yang suka mengeluh. Ketika ditanya soal makanan, ia menjawab singkat namun mantap, “Cocok semua.”

Ia pun mengaku hanya menghindari ayam potong, tapi tak punya pantangan berarti untuk sayur dan daging.

Kebiasaan bersahaja itu juga tercermin dalam doanya. Mbah Sutiah hanya membaca ayat-ayat yang mudah diingat seperti Ayat Kursi dan Surat Al-Ikhlas.

Meski begitu, ia meyakini bahwa yang terpenting adalah ketulusan dalam setiap sujud dan munajat.

Saat diberi tahu bahwa ia adalah jemaah tertua tahun ini, Mbah Sutiah sempat terkejut.

Namun ia tidak merasa istimewa, apalagi manja. Baginya, ini adalah kesempatan untuk bersyukur sebesar-besarnya.

“Senang, pokoknya senang bisa ke Arab, pengen haji dari dulu,” ujarnya lirih.

Meski sudah sepuh, Mbah Sutiah tetap berani dan percaya diri menjalani perjalanan panjang tersebut.

Ia didampingi oleh keluarga dan merasa yakin karena telah menitipkan seluruh urusannya pada Allah SWT.

Kisah Mbah Sutiah ini menjadi inspirasi di tengah upaya pemerintah untuk menyelenggarakan haji yang lebih ramah bagi lansia.

Melalui Kementerian Agama (Kemenag), berbagai skema pelayanan dihadirkan untuk mendampingi jamaah lanjut usia agar tetap nyaman dan aman saat menjalankan ibadah.

Beberapa terobosan yang diterapkan antara lain murur, tanazul, hingga safari wukuf. Skema murur memungkinkan jamaah melintas dari Arafah ke Muzdalifah tanpa turun, langsung menuju Mina.

Inovasi itu bisa mempercepat proses mobilisasi dan mengurangi kepadatan.

Sementara itu, safari wukuf terus diperkuat bagi jamaah lansia non-mandiri dan penyandang disabilitas.

Fasilitas transportasi, konsumsi, dan akomodasi disiapkan agar mereka bisa menjalani puncak haji dengan lebih ringan.

“Kebijakan ini disambut baik oleh jamaah lansia. Mereka tidak terlalu kelelahan dan tetap bisa melaksanakan manasik dengan skema yang menyesuaikan kebutuhan,” ujar Direktur Layanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid.

Di antara deretan kebijakan itu, ada semangat seperti yang dimiliki Mbah Sutiah. Semangat yang tumbuh dari kesabaran, ketekunan, dan keyakinan bahwa tak ada kata terlambat untuk menunaikan panggilan suci ke Baitullah.

Khotib

TERKAIT