“Jika pemenuhan kesejahteraan hewan dilakukan dengan standar yang tinggi, maka ayam tidak mudah sakit dan dengan demikian peternak tidak perlu memberikan antibiotik berlebihan kepada ayam-ayamnya. Lebih lanjut, pengawasan terhadap peredaran antibiotik perlu untuk diawasi secara ketat karena banyaknya temuan di lapangan bahwa antibiotik dapat dengan mudah dibeli di tempat perbelanjaan virtual,” ujar Animal Dont Speak Human.
Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, menegaskan bahwa ayam yang sejahtera adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan aspek keamanan pangan yang merupakan hak asasi masyarakat konsumen. Oleh karena itu, YLKI meminta agar pemerintah dan peternak ayam menjamin bahwa yang didistribusikan pada konsumen adalah daging ayam broiler yang sehat dan sejahtera yang menjadi prasyarat untuk mewujudkan keamanan produk daging ayam tersebut.
Daging ayam merupakan produk pangan yang sangat penting untuk memasok kebutuhan protein hewani. Jangan sampai daging ayam yang dikonsumsi masyarakat atau konsumen tercemar AMR, yang merupakan ekses dari ayam yang diternakkan secara yang tidak sehat dan sejahtera.
Ancaman terhadap AMR terlihat dari hasil riset yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS) dan World Animal Protection (WAP) pada tahun 2020.
Riset ini menemukan sampel daging ayam potong yang tercemar bakteri kebal antibiotik yang kebal terhadap hampir empat jenis antibiotik yang sangat penting bagi manusia menurut WHO, yaitu kolistin, meropenem, ciprofloxacin dan sulfamethoxazole. Diduga sampel tersebut berasal dari peternakan yang menggunakan antibiotik secara masif dan tata laksana kesejahteraan hewan yang sangat rendah. (red)